Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Negeri yang Kekanak-kanakan

18 September 2019   03:46 Diperbarui: 18 September 2019   06:58 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Sabtu, 14/9 (CNN)

Ternyata, pasca-lengsernya, tingkah-polah DPR masa itu memang mirip taman kanak-kanak dengan nyaris adu pukul dalam sebuah sidang paripurna. Akan tetapi pada Minggu, 31/10/2004, Gus Dur meralat komentarnya seusai acara buka bersama wartawan di Hotel Acacia, Jl. Kramat Raya, Jakarta.

"Karena DPR bukan taman kanak-kanak lagi tetapi sudah melorot menjadi play group," kata Gus Dur yang ketika itu sedang seru-serunya perseteruan antara Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan.

Siapa Mengawasi Siapa dan Siapa Kekanak-kanakan
Memang ironi merupakan realita di negeri yang berusia 74 tahun ini. Usianya, sih, tergolong kakek-nenek, tetapi dalam hal penyelenggaraan dan pengelolaan negara, pengawasan demi pengawasan masih bahkan bertambah jumlahnya seakan mengawasi anak-anak yang baru mulai sibuk bergerak.

Lantas, negeri macam ini, apa-apa atau siapa-siapa selalu saja perlu diawasi semacam mengawasi anak-anak bandel, nakal, ugal-ugalan, sudah melakukan tindakan riminal, dan lain-lain? Kalau bukan negeri kekanak-kanakan, apa lagikah?

Dan, kalau memang hanya sekawanan "anak-anak" mengajukan diri sebagai bagian dalam pengelolaan negara, mengapa orang-orang "dewasa" tidak membatalkan sejak pendaftaran mereka?

Barangkali beginilah repotnya sebuah negeri kekanak-kanakan yang dikelola oleh "anak-anak". Semua masih perlu pengawasan. Kalau tidak diawasi, cenderung terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan kerusakan di mana-mana.

Akan tetapi, siapakah yang telah memilih "anak-anak" untuk tampil terkemuka dalam tata-kelola negeri ini?

Ah, pastinya "anak-anak" juga, sih. Orang dewasa pasti akan memilih orang dewasa, karena semua urusan tata-kelola negeri, termasuk keuangan serta keamanannya, tidaklah patut ditanggung oleh anak-anak.

Karya Gus Noy, 2003
Karya Gus Noy, 2003
*******

Kupang, 17-18 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun