Mohon tunggu...
Agung Widiatmoko
Agung Widiatmoko Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Biasa

Menulislah selama bisa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri yang Seperti Masakan yang Kurang Garam

30 Juli 2017   11:14 Diperbarui: 30 Juli 2017   12:23 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda pernah makan di warung warung pinggir jalan atau bahkan mungkin di rumah anda sendiri atau direstoran mewah? Hal apa yang menjadi pertimbangan anda dalam menilai masakan tersebut? Pastilah anda akan memilih masakan yang lezat, enak di lidah pas buay selera dan kalo bisa murah meriah. Nah jika masakan itu kurang salah satu bumbunya saja pastilah tidak sedap bukan. Semisal saja kurang garam dan lain lain pasti teeasa hambar, atau kalau penyedia warung makan biasanya memberi kan garam di tempat tempat kecil agar kita bisa menambah sendiri sesuai selera kita, tetapi hal yang utama dilakukan peramu masakanya ialah membuat rasa masakan itu nikmat, sedap dan lain lain jika ada yang suka asin atau kurang pedas barulah ia akan mengambil garam atau sambal yang sudah di siapkan di meja meja warung tersebut.

Kalo masakan mereka kurang garam dan itu hampir setiap hari maka sudah bisa dipastikan bahwa peramu masakan tersebut sudah pastilah kurang lihai dan kurang ahli dalam meracik bumbu untuk membuat masakanya jadi sedap maka jika anda pemilik warung, atau anda adalah bos utamanya pasti anda akan sangat tidak puas dengan pelayanan dari peramu atau koki masakan anda tersebut. Dan lama kelamaan pasti warung anda sepi dan anda akan dirugikan karena banyak pelanggann anda yang kabur dan akhirnya lari ke warung sebelah bukan.

Nah ibaratnya Rakyat adalah Bos utama nya dan warung kita anggap sebagai Negara kita, maka peramu masakanya kita ibaratkan sebagai pemerintah, yang tentu saja itu bisa president, menteri anggota DPR dan lain lain. Nah fenomena fenomena itu atau kejadian kejadian itu seolah memberikan gambaran dan sekarang ini sedang di suguhkan di depan mata dan hidung kita sendiri, bayangkan bagaimana mungkin sampai harga garam melonjak drastis? Bahkan dipasaran sampai tidak ada? Kalo diibaratkan negara ini seperti sebuah warung masakan sudah harganya mahal masakanya tidak sedap maka ini kesalahan atau mungkin juga bisa jadi ini kurang pandainya si peramu masakan dalam memasaknya sampai ia tidak gahu kalo garam habis, atau ia tahu ia diam saja dan ia biarkan dengan alasan yang penting masakanya jadi.

Coba kita lihat akhir akhir ini, masalah PERPPU ORMAS semisal, bukankah PERPPU itu harusnya dikeluarkan dalam keadaan genting, mendesak dan lain lain, lha ini gak ada hujan gak ada angin tiba tiba saja mengeluarkan PERPPU, yang akhirnya kelompok ini ribut dan lain sebagainya, anehnya justru yang di bubarkan adalaj Ormas yang notabene selama ini tidak terlalu membahayakan dan justru banyak memberi konsep konsep dalam kebaikan dan keadilan, kenap justru bukan Jajaran Anggota DPR yang dibubarkan karena selama ini justru banyak merugikan rakyat dengan membuat kebijakan ini itu dan lain lain yang memakan dan mengeluarkan anggaran belanja negara sangat besar dan cenderung musproh begitu saja raib tak karuan rimbanya.

Bukan hanya itu, Soal pertambangan juga semisal anda tentu ingat beberapa waktu yang lalu sempat ada kejutan dari salah satu menteri dan ucapan presiden sendiri kalo freeport gak mau nurut tendang atau usir saja dari negara ini, tapi apa yang terdi belakangan ini justru santer terdengar kabar bahwa kontraknya sudah diperpanjang sampai 2031 dengan berbagai alasan. Yang padahal alasanya juga gak pernah terselesaikan sampai sekarang. Kita gausah muluk muluk soal smelter yang harus menunggu pembangunananya sampai 5 tahun keburu lupa nanti. Urusan pemogokan karyawan freeportnya lantaran isyu dirumahkan akibat kontrakarya yang tidak beres saja tidak ditanggapi dengan serius dan belum ada penyelesaianya sampai sekarang apalagi yang nunggu 5 tahun padahal ini didepan hidung dan mata kita sendiri.

Contoh lainya, dari jaman tahun berapa kita ini kekurangan lapangan pekerjaan?  Lantas apa langkah yang diambil, tindakan apa yang diperbuat? Tiap tahun berapa mahasiswa lulusan sarjana yang lulus kuliah dan lain lain.

Disoal pertanian, petani tebu itu sudah setengah mati dengan harga bibit dan pupuk yang gila gilaan harganya menurut mereka, masih juga dipungut pajak, ini namanya pemerintahan atau penarik upeti rakyat pencekik leher rakyat?

Disisi lain para pengusaha atau pemodal pemodal pada diberikan keluasan keluasan keluasan mempermudah usahanya dan disisilainya rakyat jelata yang jadi korbanya, tarif dasar listrik dinaikan sehingga harga dan pembayaran listriknya membengkak tak karuan, tidak masalah kalian memanjakan atau mempermudah yang punya modal untuk berinvestasi dan meluaskan usahanya asal kalian jangan membuat susah rakyat kalian, Kalian ini kan pemerintah dibayar dan digaji pakai duit Rakyat kalian, kok justru kalian mau nyekik dan membunuh rakyat kalian perlahan lahan, nanti kalo Tuhan marah apakah anda sanggup menahan amarah Tuhan? Ibarat Babu atau pembantu kalian ini kan pembantunya rakyat soalnya kalian di gaji rakyat mbok yao kalian itu sedikit menyenangkan hati rakyat sebagai bos kalian bukan malah mendholimi dan mau membunuh mereka.

Tapi ini cuma jeritan saya yang juga sebagai rakyat jelata, yang tentu saja anda boleh setuju atau boleh tidak kan anda  PEMERINTAH (tukang memberi perintah)  dan anda yang menguasai sistem di negara anda ini ya terserah andalah kami ini cuma rakyat kecil yang bisanya cuma nggrudndel dalam hati, menangis terisak isak di perih dan tersisih dari negeri sendiri.

Salam dari rakyat jelata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun