Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan Sabar

21 Februari 2017   10:48 Diperbarui: 21 Februari 2017   11:09 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://progrestazkia.com/wp-content/uploads/2015/09/Melintas-Jalan-Sabar.jpg

Ujian, rintangan, kesulitan hidup, keterpurukan, ketidaknyamanan, dan lain sebagainya seringkali dijadikan dalih untuk mengeluhkan kondisi hidup yang dialami oleh seseorang. Ada seseorang yang merasa hidupnya dipenuhi beragam kesulitan; ada seseorang yang merasa segala apa yang ada dalam hidupnya jauh dari harapan; ada yang selalu merasa bahwa dirinya bukanlah termasuk orang-orang yang beruntung; dan ada juga yang beranggapan bahwa orang-orang di sekitarnya jauh lebih beruntung dalam berbagai hal dibadingkan dirinya. Inilah yang seringkali terjadi pada orang-orang yang belum bersabar dalam menjalani episode kehidupannya.

Berapa kali Anda mendengar kata “sabar” dari orang-orang sekitar tatkala Anda tengah mengalami sebuah kesulitan? Sering. Saya kira demikian yang ingin Anda ucapkan. Mungkin sebagian besar dari kita sudah sangat akrab mendengar nasihat ini. Pertanyaannya, seberapa mampukah kita mengimplementasikan prinsip-prinsip kesabaran dalam menjalani segenap problematika hidup? Secara sederhana, saya mendefinisikan kesabaran dalam menghadapi probematika hidup sebagai kelapangan hati dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan terdalam diri kita. Adalah bagian dari kesabaran tatkala kita tidak “mengadukan” Tuhan pencipta kita kepada makhluk-Nya. Dengan kata lain, berprasangka baik kepada Tuhan merupakan wujud kesabaran.

Sebagaimana dipahami oleh banyak orang, sabar adalah sesuatu yang sangat mudah dilafalkan namun sulit direalisasikan. Pernyataan ini mungkin ada benarnya, namun tidak demikian halnya bagi mereka yang mengetahui jalan tepat untuk menuju kesana. Kesabaran menjadi lebih mudah “dijangkau” oleh mereka yang memahami hikmah dibalik terjadinya segala ujian dan cobaan hidup. Agar kelapangan senantiasa menghiasi hati kita setiap kali badai ujian datang menerjang, maka ada tiga hal mendasar yang harus dipahami dibalik terjadinya setiap ujian tersebut.

  • Tuhan tidak Pernah Mendzalimi Hamba-Nya
  • Tuhan Mencintai Hamba-Nya Lebih Besar dari Apapun
  • Jalan yang Dipilih Tuhan untuk Hamba-Nya Pastilah yang Terbaik

Memahami takdir yang diberikan oleh Sang Pencipta tentang hidup kita barangkali tidak selalu mudah untuk dilakukan. Namun demikian, pemahaman yang baik atas ketentuan-Nya akan menjadikan kita lebih optimis dalam memandang masa depan. Yakin bahwa dibalik setiap peristiwa hidup senantiasa menyimpan hikmah besar akan menjadikan kita pribadi yang lebih tenang dan ringan dalam menempuh perjalanan hidup ini. Tatkala musibah datang melanda, keyakinan bahwa Sang Pencipta tidak pernah berbuat dzalim terhadap hamba-Nya akan menjadikan kita bersikap lebih positif dalam menyikapi musibah tersebut. Mungkin musibah itu terjadi sebagai bentuk teguran Tuhan yang rindu akan kehadiran hamba-Nya. Barangkali ketika saat-saat tenang dan nyaman kita lalai dan terbuai oleh suasana sehingga diri kita jauh dari-Nya. Kehadiran suatu masalah tidak mustahil adalah bentuk panggilan Dzat Yang Mahamencintai yang merindukan hamba-Nya yang dulu pernah begitu dekat dengan-Nya.

Kadar kasih sayang dari Dzat Pencipta Alam sungguh melebihi apapun jua. Seorang ibu yang begitu mengasihi putra-putrinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebesaran cinta Tuhan kepada hamba-Nya. Lantas bagaimana mungkin Dzat Yang Mahacinta mendzalimi hamba yang dicintai-Nya? Terkadang kita lupa bahwa Tuhan kita memiliki cara yang seringkali berbeda dengan yang kita harapkan. 

Seolah-olah keinginan kita sebagai manusia seringkali bersebrangan dengan keinginan-Nya. Padahal jika ditilik lebih dalam sebenarnya jalan yang diberikan oleh-Nya justru merupakan jalan yang terbaik. Pernahkan kita merasakan suatu peristiwa yang kita anggap begitu menyesakkan tapi justru dikemudian hari kita malah mensyukuri terjadinya hal itu? Seseorang yang baru saja putus cinta akan merasakan kesedihan dan kegalauan yang sangat, namun di kemudian hari ia tersadarkan setelah melihat bahwa sosokyang pernah didambakannya itu menunjukkan perilaku yang ia benci. 

Seseorang yang diberhentikan dari tempatnya bekerja umumnya akan mengutuk kondisinya dan mengeuhkan kesusahan yang dialami. Namun, ketika di kemudian hari ia justru berhasil menjadi pengusaha sukses maka apakah ia akan tetap mengutuk kondisinya dahulu atau justru bersyukur? Jalan yang dipilihkan oleh-Nya sudah pasti jalan yang terbaik. Tinggal bagaimana kita mampu untuk bersabar dalam menyikapi hal itu.  Kita hanya perlu menunggu sedikit lagi saja untuk melihat saat-saat indah hadir dalam hidup kita.

Ditulis oleh,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun