Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

5 Cara Kenali Uang Asli Agar Tak Tertipu

21 Mei 2020   20:55 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:59 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kok bisa, bukannya pemerintah sudah membatasi akses berkumpul? Iya, tapi setidaknya tak berlaku mutlak di sentra ekonomi tradisional yang dikelola pemdes, pemkot atau pemkab ini. 

Pasar tradisonal tak hanya terdiri dari los makanan dan minuman, tapi juga los pakaian, yang biasanya diburu warga untuk busana saat lebaran. Lagi pula, saat PSBB versi nasional atau versi lokal, mengurangi niat warga tuk belanja jauh ke pusat kota atau luar kota. Pilihannya bisa jadi di pasar lokal saja. Membeli bahan makanan tuk hidangan di momen Idul Fitri juga jadi alasan warga berbondong ke sana.

Pedagang berusia lanjut. Batasan berusia lanjut tak musti yang sudah di atas usia 50 tahun atau 60 tahun, namun pada mereka yang sudah mengalami kelambanan atau kelemahan penglihatan karena faktor usia atau alasan kesehatan. 

Salah satu cara dalam memindai keaslian uang adalah dilihat dan diraba. Bayangkan itu terjadi pada seorang pedagang yang penglihatan atau unsur sensorik di tangannya tak seprima saat usia muda dulu. Bisa jadi adalah sasaran tembak bagi pelaku upal. Ironisnya ada banyak pedagang katagori ini yang tetap menekuni usaha di masa tuanya. 

Anak-anak, dalam rentang usia pra sekolah hingga usia sekolah menengah pertama. Mereka kadang dilibatkan oleh orangtua urusan melayani pelanggan atau anak-anak jalanan yang nyambi kerja pada orang lain menjajakan sesuatu. Apakah mereka diajarkan teknik dan cara membedakan uang asli dan palsu? 

Mungkin ada yang sudah mempelajari itu langsung, namun sebagian besar sepertinya belum. Ini berpotensi diperdayakan oleh pelaku upal. Pura -pura belanja padahal tujuannya adalah menukar (memecah) upal dengan kembalian uang asli atau membeli semuanya senilai itu. 

Pedagang di pinggiran jalan,  di kapal penyeberangan atau di Rest Area. Pernah membeli sesuatu di pinggir jalan kala sedang berada di dalam mobil atau di atas kendaraan roda dua? Berapa lama waktu berinteraksi antar penjual dan pembeli? Hanya sebentar dan selintas. Parkir, klakson, penjual datang bawa barang (bisa apa aja barangnya), pedagang terima uang lalu terus ngegas lagi pembelinya. Tanpa keluar dari kendaraan.  

Pola transaksi seperti ini kerap terjadi di penjaja makanan pinggir jalan, penjaja sovenir dan oleh -oleh di Rest Area atau terhadap pedagang kecil yang keliling di kapal-kapal feri penyeberangan antar pulau. 

Giliran kapal mau berangkat dan penjaja disuruh turun, baru beraksi si penyamar dengan uang palsu 20 ribu. Karena pelaku tahu uang 50 ribu jarang -jarang ada kembalianya. Mana sempat si pedagang mengecek keaslian lantaran perintah turun sudah diperdengarkan. 

Lain pula bila terjadi di bandara terhadap pedagang kecil yang biasanya jualan di sisi bandara. Bakalan repot andai penyamar itu tujuannya hendak terbang. 

Andai mau dikejar, melewati pintu pemeriksaaan saja sudah ditanyakan ini dan itu, apalagi masuk ke dalam. Bila itu bandara kecil, mungkin tak terlalu berlapis prosedurnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun