Inilah yang penulis ibaratkan seperti kain perca. Sisa lahan pertanian yang masih ada adalah bahan awal kain perca pertanian kita. Ia amsal bagi luasan lahan sawah yang tidak begitu besar namun masih punya potensi untuk dikembangkan.
Setiap kabupaten dan kota di Indonesia adalah kain-kain perca itu. Ia memang kecil, bahkan mungkin sangat mungil. Namun, dari sinilah kekuatan itu hendak dibangun. juga didukung dengan era digital.
Pertanian sekarang memang tidak mungkin hanya bergantung pada beras sebagai produk utama dan palawija sebagai konten turunan.
Dalam era digital dan media sosial marak seperti Instagram, nilai tambah sektor pertanian harus dirancang. Bagaimana merealisasikannya?
Sawah bukan sekadar hamparan tanaman berisi butir padi. Pemandangan indah menghijau saat padi baru ditanam atau menguning saat hendak dipanen, belum memiliki nilai tambah.
Hamparan itu baru akan mempunyai nilai tambah jika di sekitarnya hidup dengan usaha yang mendukung itu. Dunia usaha ditawari untuk membuka usaha rumah makan di atas tanaman padi. Suasana pedesaan mesti dibangun sebagai daya tarik.
Orang mau makan di tempat yang eksotis, di tengah hamparan sawah, dengan menu yang enak dan klasik pedesaan. Beras diambil dari hasil panen sawah itu, belut dinikmati hasil dari pencarian anak-anak di sekitaran sawah atau budidaya setempat, dengan lalapan yang juga berasal dari lokasi yang sama.
Ini nilai tambah yang signifikan sehingga ada sinergi antara usaha mempertahankan lahan sawah dan usaha kuliner plus wisata yang khas. Nilai tambah ini bagi petani akan luar biasa. Pasokan beras mereka dihargai dan ada nilai insentif dari sewa pengusaha kuliner di atasnya.
Kain perca yang semula hanya selembar, jika dikreasikan dengan inovasi memukau, pasti punya harga yang lumayan. Lahan pertanian kita yang sempit, tapi kemudian dijaga, dan dikembangkan dengan unit usaha, akan punya daya tarik tersendiri.
Pemerintah punya peran yang signifikan. Kalau memang masih dirasa kurang dan hendak ditambah lahan persawahan, pemerintah daerah mempunya alokasi bujet untuk menambah aset.
Ini memungkinkan karena ada pemerintah daerah yang sanggup melakukan pemindahan kepada pihak ketiga untuk membangun jalan layang atau yang sejenisnya. Jumlah duit yang dikeluarkan mencapai ratusan miliar.