"Apa lagi aku," lanjut Bisma.
"Baik!" Sengkuni menghela napas. "Kalau Paman Bisma, Kakang Salya, dan Kakang Durna tidak mendukungku; terpaksa aku membongkar kejahatan kalian di hadapan Kakang Drestarastra, Ananda Doryudana, dan Korawa."
"Tunjukkan di mana letak kejahatanku pada Astina?" tanya Bisma, Salya, dan Durna dengan serempak.
"Semut tampak di kejauhan, gajah tak tampak di pelupuk mata." Sengkuni tersenyum dingin. "Kalian telah menerima uang korupsi sepuluh M dariku atas pembangunan Balai Sigalagala. Masihkah kalian ingat kejahatan kalian itu?"
Wajah Bisma, Salya, dan Durna sontak sepasi matahari tersaput awan tipis. Lantaran tak ada pilihan lain, mereka terpaksa mendukung tujuan Sengkuni. Sekalipun mereka harus menjilat ludah sendiri. Mencabut kesepakatan mereka atas penyerahan bumi Astina dari pihak Korawa pada pihak Pandawa.
***
MENJELANG kehadiran duta agung Pandawa -- Sri Kresna, Doryudana beserta seluruh petinggi melaksanakan pertemuan di balairung kerajaan. Lantaran bujuk-rayu Sengkuni yang didukung Bisma, Salya, dan Durna; Doryudana mencabut kesepakatan untuk menyerahkan bumi Astina pada Pandawa. Karenanya pada Sri Kresna yang baru hadir, Doryudana berucap lantang, "Bumi Astina akan aku serahkan pada Pandawa, bila Korawa telah menjadi tumbal Kurusetra!"
Halilintar meledak bersama hujan darah yang tumpah dari langit. Bersama Sri Kresna yang meninggalkan balairung tanpa pamit pada Doryudana dan seluruh petinggi Astina. Pulang ke Amarta untuk mengabarkan pada Pandawa, "Baratayuda segera digelar di Kurusetra!"
Hari pertama Baratayuda, Korawa unggul di Kurusetra seusai gugurnya Seta di tangan Bisma. Hari kedua, Bisma gugur di tangan Srikandi. Hari ketiga, Bogadenta gugur di tangan Arjuna. Hari keempat, Sarjakusuma gugur di tangan Abimanyu. Hari kelima, Dursasana gugur di tangan Bima. Hari keenam, separoh Korawa gugur tertimpa mayat Gatotkaca yang jatuh dari langit. Hari ketujuh, Karna gugur di tangan Arjuna. Hari kedelapan; Durna gugur di tangan Trustajumena, dan Salya gugur di tangan Puntadewa. Hari kesembilan, Sengkuni menghadap Doryudana. Berwajah muram, namun hatinya berbunga-bunga. Karena penghalang yang dihadapinya untuk menjadi raja Astina tinggal Doryudana, Pandawa, Kresna, Setyaki, Udawa, Trustajumena, dan Srikandi.
"Ampun, Ananda Prabu!" Sengkuni menghaturkan sembah bakti. "Perkenankan hamba melaporkan kenyataan buruk di Kurusetra! Seluruh senapati dan Korawa telah binasa di tangan Pandawa. Kakang Krepa, Aswatama, dan Kartamarma meninggalkan palagan sebagai pecundang."
"Bukankah Paman juga seorang pecundang? Lebih baik mati di palagan dari pada menghadapku hanya untuk menyampaikan kabar buruk!"