Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-Jalan ke Lokasi Embung Sirani di Belu-NTT

9 Juni 2014   04:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:37 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi obyek wisata Sirani saya sempat tersesat sejauh hampir 50 km lebih sebab pengetahuan saya tentang objek wisata Sarani hanya bermodalkan surving di Internet. Di Internet, hanya ada sebuah informasi tentang Embung Sirani, tepatnya di www.indoplaces.com. Nah, ternyata justeru informasi Web tentang letak Embung Sirani membuat saya tersesat cukup jauh.

Informasi bahwa Embung Sirani terletak di Desa Silawan ternyata keliru. Pada awalnya, saya meluncur ke Desa Silawan dengan rute Atambua-Atapupu-Pantai Pasir Putih-Silawan. Sayapun bertanya-tanya tentang Embung Sirani, beruntung beberapa remaja yang sedang mangkal di pantai Pasir Putih mengingatkan saya bahwa saya telah salah jalur.

"Embung Sirani bukan terletak di desa Silawan, Pak. Embung Sirani terletak di Haliwen, desa Umaklaran"' kata orang-orang muda itu. Maka sayapun meluncur kembali ke Haliwen, melalui desa Silawan, lumayan capai karena melewati tanjakan berliku.

Tiba di Haliwen, saya harus bertanya-tanya lagi tentang letak Embung Sirani kepada beberapa pemuda. Beruntung bahwa saya akhirnya sampai juga di pintu gerbang obyek wisata Sirani, hari sudah mulai sore, tentu setelah saya melewati sebuah sungai besar dengan air yang deras. Hampir saja kendaraanku tenggelam.

Tiba di lokasi wisata Sirani, sebuah pintu gerbang menuju Embung Sirani terpampang di depanku. Sayapun mengambil gambar. Memasuki pintu gerbang wisata Sirani, saya menemukan satu dua rumah penduduk, dengan jalan yang masih kurang bagus. Tak lama kemudian, saya melewati tanjakan, menuju lokasi Embung Sirani dan dengan sebuah gas sampailah saya di Embung Sirani.

"Embung Sirani, kami datang!", saya menyapa Embung dalam hati. Di hadapan saya terbentang perairan Embung yang membiru seperti danau alam. Di sana-sini tumbuh rerumputan semak-semak, bahkan semaknya tinggi, kesannya belum sempat dilakukan perawatan. Mungkin petugas Embung Sirani sedang sibuk di tempat lain.

Berbeda dengan Embung Haekrit yang terawat sangat baik dengan rumah-rumah kecil yang nyaman serta tempat duduk bagi para wisatawan bahkan ada juga WC, di Embung Sirani saya tidak menemukan semuanya itu. Mungkin karena air Embung Sirani tidak ada penyulingan air bersih, melainkan untuk perikanan air tawar dan Irigasi, serta wisata. Sehingga para petugas tidak perlu tinggal di dekatnya.

Saya hanya menemukan 2 orang pemuda yang sedang asyik memancing di Embung. Mereka membantu saya memotret Embung. Mereka ramah. Hanya 1 jam saya berada di antara kedua pemancing yang sedang mengeluh karena belum mendapatkan seekor ikanpun. Mereka duduk tenang sedang menanti umpan dalam mata kail mereka di makan ikan di Embung Sirani.

Puas memotret sayapun berbalik kembali karena hari sudah sore. Ketika akan balik kembali, saya bertemu dengan Kornelis Ten, ketua RT 1 Haliwen yang ingin mandi bersama 3 orang anak-anak. Saya mengucapkan Selamat dan berjabatan tangan. Dia membantu saya memotret. Dari Kornelis Ten, saya mendapatkan informasi penting tentang manfaat Embung bagi penduduk. Kornelis berceritera bahwa memang sejak tahun 2006, ada 2 Keramba berisi 2000 ekor ikan kecil (Ikan Nila, Mujair dan Karpel) yang dipasang Dinas Perikanan Belu di Embung Sirani. Pada bulan Maret 2007, Bupati Belu dan Muspida Belu melakukan panenan perdanan ikan dari budidaya keramba di Embung Sirani. Tahun 2009, 2 Keramba itu masih ada namun sesudah tahun 2010, keramba-keramba itu tak terurus lagi. Pasalnya hasilnya mulai berkurang, lagi pula butuh tenaga dan perhatian ekstra besar dan mahal dari pada memelihara ikan di Kolam. dia mengakui memang hasil ikannya sangat menjanjikan, bahkan hanya dalam 3-4 bulan petani sudah memanen Rp 16-18 juta.

"Ke manakah Keramba-keramba ikan yang berjumlah 2 buah itu?" tanya saya kepada Kornelis Ten. Kornelis menjawab, "Keramba-keramba ikan yang berjumlah 2 buah itu memang tetap terpasang di dalam Embung meskipun di dalamnya tidak ada ikan lagi pasca panenan perdana Bupati Belu pada Maret 2007  lalu. Setelah itu, 2 buah Keramba ikan itu tetap berada di dalam Embung hingga fufuk dan rusak sendiri lalu tenggelam ke dasar Embung", kata Kornelis Ten kepadaku.

Kornelis Ten berceritera banyak kepadaku tentang keadaan Embung, tentang lahan masyarakat yang diberikan hibah secara sukarela dan tentang persoalan adat hak ulayat masyarakat desa Umaklaran. Dia berceritera benyak tentang budidaya ikan serta pertanian yang maju karena kehadiran Embung Sirani. Sayangnya kondisi Embung agaknya belum sempat terawat, masih ada banyak semak yang tumbuh tinggi, menutupi Embung dari tepinya. Mungkin petugasnya sedang lupa atau sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun