Mohon tunggu...
Gordi Afri
Gordi Afri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumnus STF Driyarkara, Jakarta, 2012. Sekarang tinggal di Yogyakarta. Simak pengalamannya di http://gordyafri.blogspot.com dan http://gordyafri2011.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hentikan Aksi Demo Mahasiswa Sekarang Juga!

30 Maret 2012   06:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16 2254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari belakangan, media massa di Indonesia dihiasi dengan berita seputar rangkaian demo yang dilakukan oleh mahasiswa (oknum mahasiswa), kelompok buruh, kelompok sopir angkutan, dan sebagainya. Saya menghargai aksi demo ketiga kelompok ini. Namun, saya tidak setuju dengan demo para mahasiswa.

Untuk diketahui saja, bahwa tidak semua mahasiswi/a di Indonesia terlibat daam aksi demo penentangan kenaikan BBM. Kampus kami tidak mempunyai utusan atas nama kampus untuk terlibat dalam aksi demo. Entah ada yang ikut, itu pasti atas nama pribadi. Yang jelas, kami sebagai mahasiswi/a berhak untuk setuju atau tidak setuju dengan aksi demo itu. Apakah kami tidak peka dengan rakyat kecil? Apakah kami tidak bersolider dengan aksi demo para mahasiswi/a di sejumlah kota di tanah air, Jakarta, Bandung, Jember, Sukoharjo, Surakarta, Probolinggo, Medan, Makasar, Surabaya, Malang, Jember, Semarang, Samarinda, Jambi, Lampung, Brebes, Yogyakarta, Palangkaraya, Kendari, Ternate, dan lain-lain?

Tampaknya, kami seperti pembangkang yang tidak peduli dengan rakyat kecil. Kami juga merupakan bagian dari rakyat kecil. Bukankah ini sebuah pengkhianatan? Entah pembaca menilainya seperti itu atau mencap dengan label lainnya, itu sah-sah saja, yang jelas saya dan teman-teman di kampus tidak mau terlibat dalam aksi demo itu. Saya termasuk mahasiswa yang tidak setuju dengan aksi demo yang dilakukan mahasiswa beberapa hari ini. Jangan menilai saya pembangkang karena saya akan memberikan alasan di balik aksi untuk tidak demo.

Pertama, saya mesti mengakui dan berterima kasih atas perjuangan teman-teman mahasiswa untuk memperjuangkan hak rakyat kecil. Saya salut dengan perjuangan teman-teman. Tetapi, saya tidak setuju dengan perjuangan dalam bentuk demo. Mengapa saya tidak setuju? Aksi demo yang digelar di beberapa kota itu tidak mempunyai alasan yang jelas. Jangan-jangan teman-teman hanyalah gerombolan yang ikut-ikutan saja tanpa tahu tuntutan demo itu seperti apa? Apa yang teman-teman perjuangkan dengan aksi demo itu?

Menurut hemat saya, jika aksi demo itu mempunyai tuntutan yang jelas, hampir pasti bahwa demo itu berhasil. Katakanlah membatalkan kenaikan BBM yang sedang direncanakan pemerintah dan DPR. Itu tuntutannya dan hanya itu. Tuntutan itu mesti digemakan dalam aksi demo yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa dari berbagai kota di penjuru tanah air. Jadi, demo itu berlangsung selama tuntutan itu belum dipenuhi.

Tetapi, tuntutan itu, menurut hemat saya, tidak cukup. Ibaratnya dalam berdebat, kita memilih untuk tidak setuju dengan sebuah pendapat dan mempunyai pendapat lain yang kita ajukan. Kalau mahasiswa tidak setuju dengan kenaikan BBM, lau apa kira-kira solusinya? Dengan membatalkan kenaikan BBM, apa kira-kira yang bisa dilakukan pemerintah dan rakyat sehingga keduanya tidak mengalami kerugian besar?

Pilihan lain bisa bermacam-macam. Bisa dengan mengajukan tuntutan menasionalkan perusahaan asing yang mengelola sumber BBM di negeri ini. Cara inilah yang dilakukan pemerintahan Hugo Chavez di Venezuela. Ini hanya salah satu contoh saja. Teman-teman mahasiswa bisa membuat pilihan lain yang kiranya bisa dterapkan di negeri ini jika kenaikan BBM dibatalkan. Dengan tuntutan yang jelas, aksi demo itu terarah dan tidak ada dualisme.

Kedua, aksi demo yang dilakukan mahasiswa justru merugikan masyarakat lainnya. Lihat saja aksi demo beberapa hari belakangan yang dibarengi dengan aksi brutal lainnya. Salah satu kerugian yang sudah pasti  adalah kemacetan. Bayangkan kerugian masyarakat jika beberapa ruas jalan utama ditutup blokade aksi mahasiswa. Ini sama dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Apakah tidak lebih baik kalau mahasiswa cukup beraksi di salah satu tempat tanpa menutup akses jalan yang digunakan masyarakat lainnya? Atau apakah nmahasiswa harus menutup akses jalan itu supaya masyarakat tahu bahwa mahasiswa masih eksis memperjuangkan kehidupan rakyat kecil? Dalam hal ini teman-teman mahasiswa mesti berpikir ulang. Jangan menganggap diri paling berkuasa sehingga di jalan pun paling berkuasa. Padahal tindakan itu justru tidak memperjuangkan kehidupan rakyat kecil.

Aksi brutal lainnya adalah pemboikotan dan pelumpuhan jaringan listrik PT Telkom selama 2 jam di Kendari, membakar ban bekas dan

Tampaknya agak berlawanan antara aksi demo dengan tujuan memperjuangkan kehidupan rakyat kecil dan tindakan yang dilakukan. Mau peduli dengan rakyat kecil tetapi melumpuhkan jaringan listrik yang justru merugikan banyak orang. Mau peduli dengan rakyat kecil tetapi dengan membakar ban motor yang memperparah kerusakan lingkungan. Muncul pertanyaan, ini aksi demo atau ungkapa kemarahan? Kalau mau marah bereskan dulu penyebab kemarahan itu, dan jangan merugikan masyarakat lainnya.

Inilah argumen saya untuk memilih tidak ikut aksi demo bersama teman-teman mahasiswa lain. Kalau saya ikut maka jumlah pelaku pembakaran motor dan ban bisa bertambah. Kalau saya ikut maka pelaku perusakan lingkungan bertambah. Kalau saya ikut maka panjang kemacetan di beberapa kota jadi bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun