Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mbak Pur

5 Oktober 2022   14:07 Diperbarui: 15 Oktober 2022   21:45 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua anak itu tiduran berimpitan di ranjangku. Dongeng khayalan pun mulai mengalir menghibur mereka. 

Bahu keduanya kuusap pelan, dan tidak berapa lama kedua anak itu pun tertidur kembali. Selimut motif lorek menutup tubuh keduanya. Kasihan,  anak-anak ini, yang sangat butuh kasih sayang.

Saat kulipat mukena, terdengar langkah kaki yang makin  mendekati kamar. Bu Mila masih dengan muka sembab menemuiku. 

Perempuan yang tampak kusut wajahnya dengan terbata-bata mulai berbicara, dan mengajakku keluar kamar. Sesekali kalimatnya terhenti sejenak, mungkin menyiapkan hati yang masih labil.

"Mbak, maafkan aku, jika selama ini sering galak padamu. Mungkin kamu telah mendengar pertengkaran kami. Aku dan Mas Rian sepakat untuk sementara sendiri-sendiri. Banyak yang harus diselesaikan, Mas Rian yang selama ini kupercaya ternyata telah berdusta. Dia punya perempuan lain.

Kembali Bu Mila sesenggukan di depanku. Aku hanya menunduk ikut prihatin atas kondisinya. Rasa sakit hatinya mungkin sudah di ubun-ubun.

"Kamu tidak perlu banyak tahu. Satu yang ingin kusampaikan, Nita dan Fani aku titipkan sementara waktu padamu. Aku belum tahu sampai kapan, mungkin jika sakit hatiku telah sedikit terobati, dan itu tidak mudah. Nanti kebutuhan anak-anak tetap kupikirkan. Jaga anak-anak, katakan pada mereka jika aku sedang ada tugas di luar. Jangan sampai mereka tahu, karena masih anak-anak, kasihan psikologisnya."

"Ya, Bu. Anak-anak pasti akan kujaga. Semoga Ibu diberikan kekuatan lahir dan batin menerima cobaan ini," kataku menguatkan hati perempuan yang terlihat sangat berduka.

"Mbak, bantu aku mengemasi beberapa pakaian, besok pagi akan segera pergi dari rumah ini,  untuk sementara mencari ketenangan hati."

Tanpa dikomando, aku segera mengikuti langkahnya, tetapi dalam hati juga merasa bingung harus berbuat apa untuk menghibur Fani dan Nita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun