"Ya sudah Bu. Ibu yang sabar ya, semoga sakitnya segera sembuh," kata Banu membesarkan hati ibunya.
Dari ruang belakang, Lina menemui Banu dan ibunya. Dengan mimik yang kurang menyenangkan dia pun mulai angkat bicara.
"Itu Mas, ibu minta diperiksakan. Padahal kan hanya sakit deman saja. Penyakit biasa. Nanti juga sembuh. Buang-buang duit saja," cerocos Lina.
"Hush ... ! Lin, gak boleh gitu sama orang tua. Hati-hati kalau ngomong, ya!" bentak Banu.
"Ya kan benar dugaanku. Setiap kali ibu ke sini pasti bawa masalah," sindir Lina pada ibunya.
"Astaghfirullah, Lina! Tak baik ngomong begitu. Sekali lagi kau ngomong yang tidak sopan pada ibu, uang belanjamu akan kucabut!" ancam Banu.
"Anak dan ibu sama saja!" pekik Lina sambil berlari ke ruang belakang.
"Bu, maafkan kami. Sebentar saya mandi dulu. Habis itu, saya antar periksa ke dokter ya?"
Bu Gani tertunduk lesu. Dipegangnya dada kirinya. Sambil mulutnya komat-kamit membaca doa, setelah mendengar percakapan anak dan menantunya.
Banu segera mandi dan ganti pakaian. Meski lelah menyergap, tak dirasakannya. Dia hanya ingin ibunya kembali sehat.
Mesin motor bututnya segera dinyalakan.