pagi itu gerimis baru saja berhenti, matahari pun kembali bersinar dengan cerah, setelah menyelesaikan suapan terakhir dari makan pagi, saya bergegas mengambil tas berisi kamera dan makanan ringan yang telah di persiapkan sebelumnya, tujuan hari ini adalah menuju ke sei iyu kec bendahara, berkunjung ke situs purbakala bukit kerang.
menuju lokasi dapat menggunakan kenderaan ADT (berjenis mini bus) dengan tarif Rp. 5000 dari simpang empat upah, atau Rp. 10.000 dari k. simpang, kondisi jalan aspal selebar 5 meter menuju kecamatan bendahara bisa di katakan lumayan baik, namun harus tetap waspada karena truk sawit milik perusahaan perkebunaan hilir mudik mengangkut buah dari perkebunan sawit yang berjajar sepanjang jalan.
tiba di sebuah pertigaan menuju ibukota kecamatan, saya berbelok kanan memasuki desa jambo labu, kira-kira 50 meter terdapat sebuah jembatan dan juga pertigaan, untuk kearah situs saya berbelok ke arah kiri, jalan dengan media tanah keras yang bercampur kerikil dan juga lubang dengan genangan air yang dalamnya setengah lutut orang dewasa menjadi tantangan yang harus di lewati oleh setiap pengunjung ke situs bukit kerang.
tidak membutuhkan waktu lama saya tiba di komplek situs bukit kerang, sekilas bukit kerang seperti tertelan oleh rimbunan pohon sawit yang berjajar memenuhi kiri, kanan dan depan komplek situs, tidak ada papan informasi tentang keberadaan situs, akses jembatan yang aman untuk menyeberangi parit selebar 2,5 meter dengan kedalaman 1 meter juga tidak ada, siap-siap melompat atau bila ingin menguji keseimbangan dapat menggunakan jembatan kecil yang terbuat dari beton persegi panjang dengan lebar sekitar sejengkal tangan orang dewasa.
memasuki komplek bukit kerang terlihat timbunan moluska (kerang berkatup dua) purba dengan tinggi 3,6 meter dengan luas lebih 80 m2, menurut catatan sejarah timbunan kerang ini telah berusia hampir 6080 tahun dan merupakan sampah dapur purba (kjoken mondinger), di duga migrasi manusia purba dari ras mongoloid dan austromelanosoid pernah singgah di tempat ini dan membentuk sebuah komunitas perkampungan.
keberadaan situs bukit kerang tidak hanya berada di desa jambo labu kec. bendahara, di desa pangkalan kejuruan muda juga terdapat situs bukit kerang, malahan di situs ini pernah dilakukan penelitian arkeologi oleh Balai arkeologi medan, hasilnya ditemukan fosil manusia purba yang di duga berusia 5000-7000 BP (penanggalan berdasarkan perhitungan karbon), kampak genggam monofasial, hematit dan berbagai macam benda purbakala yang saat ini tersimpan di meseum jogjakarta.
situs yang banyak menyita perhatian peminat sejarah ini dapat menjadi sebuah laboratorium untuk mengetahui prilaku dan budaya manusia purba, berbagai bidang ilmu bisa mempelajari tentang keberadaan situs zaman mesolitikum ini, mulai dari pelajaran sejarah yang mempelajari tentang keberadaan manusia purba, matematika dengan materi rentang luas, tinggi dan volume bukit kerang tersebut, biologi tentang spesies dan habitat kerang purba dan banyak lagi bidang keilmuan yang bisa menjadikan bukit kerang sebagai laboratorium alam.
kondisi kedua situs sangat miris, tidak ada pemeliharaan dan pelestarian, perhatian pemerintah sangat di pertanyakan, bukit kerang yang secara ekonomis memiliki nilai jual untuk pembuatan kapur telah lama di eksplorasi oleh masyarakat setempat, ketinggiaan bukit kerang yang menurut sebagian masyarakat dahulunya hampir mencapai 7 meter sekarang hanya menyisakan 3.5 meter, dan seluruh permukaan telah tertutupi tanah dan rumput liar.
mengutip pendapat taufiq abdullah " kekinian di bangun oleh sejarah masa lalu untuk kehidupan (yang lebih baik di masa depan). sudah saatnya masyarakat mengambil alih tugas pemerintah untuk pelestarian situs bukit kerang ini, dengan menjadikannya sebagai arkeologi publik, suka atau tidak semua pihak bertanggung jawab atas keberadaanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI