Pajarakan - Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Dinas Kesehatan melaksanakan Gerakan Aksi Bergizi di Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan jenjang SMP dan SMA yang dimulai pada tanggal 9 Mei 2025. Gerakan Aksi Bergizi menjadi salah satu upaya meningkatkan kesadaran untuk mencegah stunting dari masa remaja dan menyiapkan generasi emas tahun 2045.
Sosialisasi Aksi Bergizi pertama dilaksanakan di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong (9/5/2025) dengan sasaran 100 santriwati. Gerakan Aksi Bergizi diawali dengan pemeriksaan antropometri yang meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, lalu pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Perawat Puskesmas Pajarakan yang meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), gula darah, skrining penyakit TBC. Kegiatannya lainnya ialah makan siang dan minum tablet tambah darah bersama serta edukasi kesehatan.
"Tujuan dari Gerakan Aksi Bergizi adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta didik (santriwati pondok pesantren) dalam melakukan upaya pencegahan stunting dan penurunan angka anemia pada remaja putri," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Sri Wahyu Utami, SKM, MMRS saat Gerakan Aksi Bergizi di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Dia menyatakan "Gerakan Aksi Bergizi rutin dilakukan setiap tahun dan hari ini kita awali di Ponpes Zaha Genggong serta masih ada 9 lembaga lagi yang perlu kita sosialisikan", pungkasnya. Gerakan Aksi Bergizi untuk mencegah stunting dan penurunan angka anemia remaja putri itu dilaksanakan secara rutin di sekolah dan pondok pesantren sejak tahun 2019 di Kabupaten Probolinggo. Selama sebulan ini mulai tanggal 9-27 Mei 2025, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo melakukan kegiatan Aksi Bergizi di wilayah kerja Puskesmas Maron, Condong, Jabung Sisir, Paiton, Dringu, Sumberasih, Bago, Kraksaan, Wonomerto.
Dia menyebutkan bahwa masalah kesehatan remaja putri di Kabupaten Probolinggo ialah prevalensi anemia pada remaja putri sekitar 9,3%, remaja yang rutin minum tablet tambah darah (TTD) 1,5%, jarang sarapan, kurangnya asupan zat gizi (rendah protein & zat besi) melalui makanan. Dengan alasan tersebut, maka perlu menggalakkan Gerakan Aksi Bergizi. Terutama terkait konsumsi tablet tambah darah harus dikawal, dipastikan diminum dan membiasakan makan makanan bergizi terutama kaya protein hewani dan zat besi serta olahraga.
Dan tidak kalah penting, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mengundang narasumber dari Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Kota Batu yakni Achmad Dzulkifli, S.Gz., M.Kes. Dalam paparannya menyebutkan remaja putri (Rematri) sering mengalami anemia disebabkan oleh kehilangan banyak darah saat menstruasi, sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga perlu asupan gizi lebih banyak, kekurangan asupan zat gizi (zat besi, asam folat, vitamin B12, dan protein), sering melakukan diet yang keliru untuk menurunkan berat badan, dan faktor keturunan (penyakit thalassemia yang menyebabkan sel darah merah rusak)," pungkas Zulkifli.
Dia juga menyebutkan bahwa tips remaja putri hidup sehat dan bebas anemia dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang terutama makanan tinggi protein dan kaya zat besi, buah dan sayur yang cukup, minum tablet tambah darah (TTD) yang mengandung 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat secara teratur 1 tablet setiap minggu, melakukan aktivitas fisik secara teratur, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta minum air putih minimal 8 gelas setiap hari. Bisa dikatakan lain, anemia pada remaja putri merupakan masalah kesehatan umum dan sering terjadi sehingga perlunya pencegahan sejak awal. Anemia berdampak signifikan pada pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hiduo remaja putri.
Di samping itu, Zulkifli juga memparkan tentang pentingnya protein hewani dibandingkan protein nabati untuk remaja putri. Protein hewani memiliki profil asam amino yang lengkap dan mudah dicerna oleh tubuh, mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia, bermanfaat untuk berbagai fungsi, termasuk pembentukan dan pemeliharaan otot. Sedangkan, protein nabati mengandung serat, fitonutrisi, dan antioksidan, serta kurang lengkapnya asam amino esensial. Asam amino pembentuk protein hewani cenderung lebih lengkap. Protein hewani profilnya lebih identik dengan protein tubuh kita dibandingkan dengan protein nabati. Menurut indikator PDCAAS (Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score) yang mengukur besarnya penyerapan sumber protein yang ditentukan dari kelengkapan asam amino esensialnya seperti susu, whey protein isolate, daging sapi. Sedangkan, menurut Net Protein Utilization (NPU) yang menilai besarnya protein yang diserap dan bisa digunakan oleh tubuh untuk membentuk jaringan seperti kulit, rambut, dan termasuk jaringan otot seperti telur, whey, susu, daging sapi. Oleh karena itu, protein hewani dan turunannya seperti telur, whey protein, daging sapi, dan lain-lain mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI