Ferdy Sambo sebagai tersangka, kini publik beranjak pada motif "sebenarnya" pembunuhan Brigadir J. Benar, Ferdy Sambo mengatakan alasan ia membunuh Brigadir J karena emosi dan marah harkat martabat keluarganya dilukai.
Usai penetapanWalau terjadi perdebatan di publik terhadap pengakuan Ferdy Sambo tersebut. Dan anggap saja Ferdy Sambo benar, tapi kenapa harus berbohong dan berusaha menutup-nutupi, bahkan mengorbankan bawahan lainnya.
"Kalau pun benar, kenapa Ferdy Sambo berbohong dan mengorbankan bawahannya yang lain," ujar Benget memecahkan hening di lopo Bang Gunawan. Hanya mereka berdua di lopo itu.
Bukankah dengan bersikap jujur dan terus terang lebih baik untuk Ferdy Sambo. Sebagai pemimpin, masalah keluarga seharusnya tak menyeret orang lain. Apalagi sampai mempertaruhkan masa depan bawahan.
"Sekali lagi, kalaupun benar Ferdy Sambo membunuh Brigadir J karena harkat keluarga yang disakiti. Kenapa harus menyeret dan mengorbankan orang lain. Apa isi otak Ferdy Sambo ini," Benget kesal. Sementara Gunawan tetap santai, masih dengan gadget-nya, namun kali ini tidak berjudi online.
"Ulah Sambo ini berpotensi memperburuk citra Polri," gumam Benget.
Benget berharap Gunawan turut berkomentar. Dan benar saja, Gunawan tak kuasa menahan celoteh Benget yang sedari tadi ia coba abaikan.
"Sejak baligh, saya secara nyata sepakat dengan Gus Dur. Polisi jujur hanya 3, Jenderal Hugeng, patung polisi dan polisi tidur. Kalaupun mau bertambah, Listyo Sigit Prabowo. Tapi dengan catatan, kasus Sambo harus terang terbuka," timpal Gunawan. Belum sempat Benget menjawab.
"Banyak kasus yang ditangani polisi terkesan settingan. Khusus Sambo, kebakaran di Kejagung beberapa tahun lalu juga penuh kejanggalan," Gunawan meyakinkan Benget.
"Sepertinya Sambo ini tak membaca bukunya Buya Hamka "Ghiroh"Â Cemburu Karena Allah," jelas Benget.
Buya Hamka dalam buku itu menjelaskan bagaimana harkat martabat dipertahankan. Masyarakat Indonesia, hampir disetiap suku memiliki istilah atau budaya tersebut.Â