Mohon tunggu...
Zulfika Zuhro
Zulfika Zuhro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Sedang tidak baik-baik saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Baca Ini dan Pastikan Anak Anda Bukan Pengidap Disleksia"

19 November 2022   09:17 Diperbarui: 19 November 2022   09:21 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: appletreebsd

Alfaro terus-menerus bergumam "aku benci sekolah". Tidak ada yang yang spesial, setiap hari selalu membosankan karena seberapa keras dia berusaha semua tidak ada gunanya. Membaca bagi anak kelas 3 SD merupakan kegiatan yang sangat mudah. Merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat itu bukan hal sulit bukan?. Meskipun dia sudah mengenali huruf tetapi dia masih terbata-bata dalam pelafalannya, begitu juga ketika menulis, sering salah meletakkan huruf dalam kata.

Kondisi ini terjadi karena perbedaan fungsi otak besar lebih tepatnya pada bagian korteks serebral (pemoroses bahasa) tidak berfungsi dengan baik. Ketika anak belajar membaca, pertama-tama mereka merumuskan bunyi setiap huruf. Misal huruf "Z" yang berbunyi "zed", kemudian belajar bagaimana cara merangkai huruf menjadi sebuah kata. Misalnya, "Z-E-B-R-A" dibaca "zebra", selanjutnya mengartikan kata zebra (hewan berwarna hitam putih).

Kasus di atas adalah serpihan dari ribuan kasus anak dengan gangguan belajar lainnya. Menurut Federasi Neurologi Dunia (1968) Disleksia adalah gangguan pada anak-anak yang terlepas dari pengalaman kelas konvensional, gagal mencapai keterampilan membaca, menulis, dan mengeja yang sepadan dengan kemampuan intelektual mereka.

Gangguan disleksia secara umum berkaitan dengan faktor genetik seseorang, tetapi tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh faktor penunjang lainnya. seperti faktor lingkungan dan faktor cedera otak.

Kesulitan membaca adalah ciri khas disleksia. Gejalanya bervariasi tergantung usia dan tingkat keparahannya. Sebagian ada yang lamban dalam berbicara, lamban dalam mempelajari bunyi abjad, sering menulis terbalik, ada juga yang sulit membedakan huruf. Gejala ini akan terlihat jelas ketika anak mencapai usia sekolah.

Anak dengan disleksia mengalami keterlambatan pemahaman belajar dibanding dengan anak pada umumnya. Keterlambatan yang lazim terjadi tersebut dapat berimplikasi terhadap timbulnya stigma negatif, baik dari orang tua, tenaga pendidik, bahkan teman-teman sebaya. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami bulliying karena keterbatasannya.

Stigma negatif yang timbul tersebut tidak hanya berakibat pada semakin sulitnya memahami pembelajaran, melainkan juga terhadap kondisi mental anak yang akan menjadi pesimis terhadap dirinya sendiri.

Maka penting untuk mematahkan stigma tersebut dengan memperhatikan perkembangan anak, jika mengetahui anak sedikit berbeda dengan anak pada usianya maka bisa konsul ke psikiater untuk diagnosis lebih jelasnya. Ketidakpahaman mengenai disleksia dapat mengakibatkan munculnya hal-hal negatif, baik dalam diri anak pengidap disleksia ataupun lingkungan disekitarnya.

Jangan hanya karena mereka mengalami keterlambatan yang tidak dialami pada anak seusianya dalam pembelajaran lantas memasukannya ke SLB, itu merupakan langkah yang salah karena hanya semakin membuat mereka tidak percaya bahwa dirinya mampu. Pemahaman mengenai disleksia seperti ini perlu diketahui oleh masyarakat luas agar tidak terjadi salah langkah dalam penanganan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun