Mohon tunggu...
Zulfikar
Zulfikar Mohon Tunggu... Buruh - 😋 bukan konten kreator 😋

Hanya seorang budak korporat biasa yang mencoba bertahan hidup dan membahagiakan keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politik, Pesta Rakyat, dan Agama

27 Desember 2020   00:39 Diperbarui: 27 Desember 2020   00:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konstelasi politik di Kalimantan Selatan semakin memanas, padahal sekarang sedang musim hujan. Pertarungan memperebutkan jabatan kepala daerah tidak cukup hanya sampai di dalam pesta rakyat.

Hampir semua calon kepala daerah di pilkada beberapa waktu lalu mengajukan banding ke Mahkamah Konstitusi. Bahkan ada yang sejak kampanye sudah ingin menjatuhkan lawannya di masa kampanye. Dengan alasan pelanggaran yang bermacam-macam.

Sejak dahulu, saya sudah mengingatkan bahwa permainan politik di Indonesia tidak akan pernah berubah. Siapapun pemenangnya, rakyatlah yang menjadi tumbalnya.

Suasana panas semakin menjadi-jadi pada tingkat menengah hingga kasta paling rendah di masyarakat. Obrolan di warung kopi pun tidak luput dari perdebatan tersebut.

Sedangkan mereka yang di atas, setelah puas saling sikut. Pada akhirnya berbaikan dan mendapatkan porsinya masing-masing dalam pemerintahan. Sementara, kaum akar rumput masih saja bersinggungan tak tentu arah. Saya rasa sampai kiamat pun tidak akan pernah ada habisnya pertikaian ini.

Politik identitas menjadi salah satu penyebabnya. Agama, itulah penyebabnya. Di media sosial agak sensitif ketika menyinggung soal agama. Seolah seperti sesuatu yang sakral dan bertuah. Padahal, dalam Islam (agama yang saya anut) aturan pun terasa sangat fleksibel.

Semenjak kasus Ahok, politik identitas semakin menjadi-jadi. Agama tidak boleh jadi bahan bercandaan. Namun, ketika agama dijadikan tunggangan politik. Mereka diam seribu bahasa. Padahal ulama-ulama kita dulu hampir di setiap ceramahnya menyisipkan humor tentang agama. Bahkan Abah Guru Sekumpul paling anti jika pengajian beliau dihubung-hubungkan dengan politik. Sekarang yang terjadi malah sebaliknya.

Sekarang sudah jam setengah 2 pagi. Besok Hari Minggu. Sisa cuti yang saya ambil tinggal beberapa hari lagi. Mungkin Senin atau Selasa saya turun ke kantor. Walaupun dini hari seperti ini, beberapa motor masih saja lalu lalang di jalan raya. Suara knalpotnya terdengar hingga ke dalam rumah.

-------------------------------------------------------

Pengen baca tulisan tidak penting lainnya? Silahkan kunjungi CyberNotes

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun