Mohon tunggu...
Zulfaa Safinatun
Zulfaa Safinatun Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Maa Fii Qalbi Ghairullah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berdamai dengan Kehidupan

24 Februari 2021   21:00 Diperbarui: 24 Februari 2021   21:06 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

" Iyaa Ayah. Sampai sekarang Atha ingin sekali menjadi orang yang bijaksana agar dapat bermanfaat bagi banyak orang, yah. " jawab Atha dengan antusias.

" Bagus nak. Atha harus rajin belajar supaya Atha bisa menggapai keinginan Atha. Ayah doakan semoga kamu sukses dan bisa menjadi orang yang berguna seperti yang Atha mau. Aamiin... " ucap ayah sambil mencium anaknya.

" Dulu sebelum ibu kamu meninggal, ayah pernah bertanya kepada ibu mu tentang nama yang akan diberikan kepada kamu. Ibu mu pernah berkata kalau anak nya nanti akan menjadi seorang yang berguna bagi banyak orang. Setelah itu ayah dan ibu memutuskan untuk memberi nama Athayya Baihaqi yang artinya pemberian atau anugerah yang bijaksana. Jadi ayah harap menjadikan doa yang terwujud untuk kamu. Semoga nanti kamu akan menjadi anak kebanggaan ayah dan ibu mu, ya nak. " lanjut ayah sambil meneteskan air mata.

Seolah ini adalah terakhir kali nya ayah melihat anak kesayangan nya itu. Ayah memeluk Atha dengan eratnya, mencium nya hingga tak sadar bahwa air mata tidak berhenti mengalir ke pipi dengan kulit keriput disekitar wajahnya, tanda umur yang sudah tidak lagi muda. Hingga takdir membenarkan nya, ayah sudah tak bernyawa di pelukan Atha. Ayah pergi meninggalkan Atha untuk selamanya. Wajah nya terlihat begitu tenang, hingga orang di sekitar tidak menyangka bahwa ia sudah tiada.

Hidup dan mati seseorang ada di genggaman ilahi, tak ada seorang pun yang bisa menghindari dari kematian yang sudah ditakdirkan. Tidak perlu di jemput, kematian itu akan datang dengan sendirinya sesuai dengan waktu nya. Semua makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya.

Seketika tangis memenuhi ruangan itu. Tak disangka kini ayah sudah tiada. Atha yang masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya kini hanyalah sebatangkara. Atha merasa sangat kehilangan setelah awalnya ditinggal oleh sosok ibu yang telah melahirkan nya dan akhirnya disusul ayah nya pergi meninggalkan nya untuk bertemu sang pencipta. Atha sangat menyesal karena pada saat sebelum kecelakaan itu tiba, ia seharusnya tidak membiarkan ayah nya pergi dengan si penjual mentega itu ke pengadilan. Andai waktu bisa diulang kembali, Atha pasti akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan ayah nya. Atha terus menyalahkan dirinya, ia masih belum bisa menerima semua keadaan yang terjadi. Ini seperti mimpi buruk tetapi kita tidak bisa bangun dari tidur untuk mengakhiri mimpi buruk itu.

***

Waktu terus berjalan, kini Atha memasuki masa remaja. Sekarang ia tinggal bersama Pak Rahmat, yaitu Pak Rt yang ada di kampungnya. Setelah ayah nya meninggal Atha hidup bersama Pak Rahmat dan Bu Ratna istrinya. Biaya hidup nya dibiayai oleh Pak Rahmat sampai sekarang. Pak Rahmat dan istrinya sangat berjasa bagi Atha. Mereka menganggap Atha seperti anak kandung nya sendiri, sebab dari dulu mereka menginginkan keturunan tetapi belum di anugerahkann seorang anak kepada mereka. 

Kini anugerah itu hadir karena adanya Atha dalam keluarga nya. Mereka mengenali Atha dengan baik, ia adalah seorang anak yang baik hati, ceria dan patuh terhadap orang tua. Maka dari itu, mereka mengadopsi Atha sebagai anak nya. Begitu pula Atha yang cukup mengenali Pak Rahmat dan Bu Rahmat. Ia menyayangi mereka seperti orang tua kandung nya sendiri dan patuh kepada perintah mereka. Kini Atha mendapatkan kebahagiaan nya kembali dan bisa merasakan kasih sayang yang sebelum nya belum sempat ia rasakan yaitu kasih sayang dari seorang ibu.

Suatu hari, Atha bertemu dengan si penjual mentega yang dulu pernah menuduh ayahnya melakukan kecurangan. Niat nya si penjual mentega itu mau meminta maaf kepada Pak Mustaffa, almarhum ayah nya Atha karena perbuatan yang pernah dilakukan nya kala itu. Si penjual mentega itu tidak tahu kalau Pak Mustaffa sudah meninggal, karena selama ini ia di penjara atas perbuatan nya itu. Belum sempat si penjual mentega itu mengutarakan maksud kedatangan nya, emosi Atha membuncah ketika melihat wajah si penjual mentega itu. Atha menyalahkan kematian ayah nya kepada si penjual mentega itu.

" Ada apa bapak kesini? Belum puas bapak menghancurkan hidup saya? " dengan nada yang sedikit menyentak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun