Mohon tunggu...
Zulfa Nayla
Zulfa Nayla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Ummul Quro Al - Islami

Actions Speak Louder Than Words

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibnu Sina: Sang Dokter Jenius dari Bukhara

13 Mei 2024   01:02 Diperbarui: 13 Mei 2024   01:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia barat Ibnu Sina yang dikenal dengan nama Avicenna sering dianggap sebagai salah satu dokter filsuf sekaligus ilmuwan yang warisan - warisan pemikirannya masih dipakai hingga hari ini. Sosok yang satu ini sering disebut sebagai salah satu tokoh paling jenius sepanjang sejarah manusia. Selama hidupnya Ibnu Sina menulis lebih dari 400 buku dan mengadopsi serta mengembangkan pemikiran - pemikiran Aristoteles.

Ibnu Sina lahir sekitar tahun 980 Masehi di desa Afshana yang lokasinya dekat dengan Kota Bukhara yang kala itu menjadi ibu kota kekaisaran Samanid. Era ini adalah masa ketika Bukhara menjadi saingan Baghdad dalam perkembangan peradaban Islam. Ayah Ibnu Sina yang bernama Abdullah adalah pegawai pemerintahan yang aslinya berasal dari kota Bailkh.
Di umur 10 tahun Ibnu Sina sudah menghafalkan Al quran dia juga selesai mempelajari ilmu kedokteran di umur 16 tahun dan resmi menjadi dokter di usia 18 tahun. Ayah Ibnu Sina memang mengundang banyak dokter untuk mengajari putranya itu di rumah. Ini juga menjadi masa-masa ketika ibu Sina berkenalan dengan filsafat Yunani dan Romawi misalnya lewat karya-karya Aristoteles, Ptolemy dan Porphyry.


Di umur 18 tahun juga Ibnu Sina sudah menguasai ilmu pengetahuan dari Yunani.
Pembelajaran filsafat Yunani di era peradaban Islam yang terjadi pada Ibnu Sina ini tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh-tokoh macam Al - Kindi yang dikenal berjasa menerjemahkan banyak teks dari ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab. Al Kindi sendiri sering disebut sebagai "Father of Arab Philosopy".
Ada perdebatan menarik nih soal apakah Ibnu Sina itu seorang muslim Sunni atau Syiah, jika merujuk pada buku The Ismailis : Their History and Doctrines karya Farhad daftary, ayah dan saudara Ibnu Sina disebut berpindah ikut aliran Ismailisme yang merupakan salah satu bagian dari Islam Syiah. Namun, Ibnu Sina sendiri disebut berpegang pada aliran Sunni Hanafi, ini juga ditulis oleh Dimitri Gutas dalam tulisannya Avicenna's Madhab.


Sejak umur 16 tahun Ibnu Sina telah dikenal sebagai tabib atau dokter yang bertangan dingin dalam menyembuhkan pasien - pasiennya. Puncaknya adalah ketika ia diangkat menjadi dokter bagi Sultan Bukhara Nuh Ibn Mansur, kala itu Ibnu Sina masih berusia 17 tahun.
Atas jasanya menyembuhkan penyakit Sultan Ibnu Sina diberi izin mengakses perpustakaan dan manuskrip - manuskrip langka yang ada di perpustakaan Bukhara. Hal ini membantunya mengembangkan keilmuan dan gagasan - gagasan berpikirnya. Situasinya kemudian berubah ketika kekaisaran Samanid mengalami kemunduran setelah Bukhara diambil alih oleh orang-orang Turki Qarakhanid.
Ibnu Sina sendiri pindah ke wilayah Gorgan di Iran awalnya untuk mengabdi kepada Qabus yang merupakan pemimpin di wilayah tersebut. Qabus dikenal sebagai sosok pemimpin yang menjadi patron dari para penulis, penyair dan scholar, ia juga sempat ke beberapa kota lain misalnya Hamadan dan Qazvin. Ibnu sina juga menjadi pengajar astronomi dan logika sambil praktik dokter. 

Di periode ini Ibnu Sina menyelesaikan beberapa karyanya yang terkenal misalnya Canon of Medicine yang merupakan semacam intisari dari pengobatan di era tersebut, Ibnu Sina juga mulai menulis Book of Healing yang juga menjadi salah satu karya besarnya. Di kemudian hari Ibnu Sina juga sempat mengabdi pada Shams Al - Dawla atau Abu Taher yang merupakan penguasa dari Dinasti Buyid di wilayah Hamadan. Selanjutnya Ibnu Sina juga sempat beberapa kali berpindah-pindah Patron tempat ia mengabdi. Ibnu Sina akhirnya meninggal pada bulan Ramadan di tahun 1037. Warisan pemikiran paling prominen dari Ibnu Sina selain di bidang kedokteran adalah soal konsep tubuh dan jiwa. Menurut Ibnu Sina jiwa diciptakan bersama dengan tubuh, ketika manusia mati jiwa akan bertahan dengan segala karakteristik individual, kesempurnaan dan ketidak sempurnaan yang dimiliki oleh individu. 

Konsep atau gagasan tentang Tuhan juga menjadi salah satu poin pemikiran Ibnu Sina, menurutnya dunia tidak ada dengan sendirinya dan bisa lahir karena entitas kekuatan besar yang adalah Tuhan itu sendiri. Pemikiran-pemikiran Ini memang menjadi pengembangan dari gagasan Aristoteles yang menariknya, di kemudian hari ini juga sejalan dengan pemikiran dari tokoh macam Thomas Aquinas di agama Kristen. Lebih dari 400 buku yang ia tulis Ibnu Sina juga mengembangkan Logika Avicennian yang menjadi alternatif dari Logika Aristotelian. 

Jauh sebelum para pemikir Barat bicara soal urutan planet di Tata Surya, Ibnu Sina sudah berargumentasi  bahwa Venus lebih dekat ke Matahari dibandingkan Bumi. Ia juga menemukan eksperimen The Floating Man yang menjadi pembuktian argumentasi soal jiwa. Beberapa cerita lain juga menyebutkan bahwa Ibnu Sina mengobati pasien - pasien miskin secara gratis, Ia juga tidak menikah hingga akhir hidupnya. 

Sebelum meninggal ia membagi-bagikan harta kekayaannya kepada orang miskin dan membebaskan para budak serta pelayannya. Kisah tentang Ibnu Sina memang menjadi simbol penting dari sejarah peradaban. Ini juga membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat itu tidak melulu lahir dari dunia barat. Bagi kita, kisah Ibnu Sina harus menjadi poin penyemangat untuk terus belajar. Menjadi seperti Ibnu Sina mungkin akan sulit, tapi setidaknya kita bisa berkontribusi bagi masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun