Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Medan

Masalah Sholat dan Syariah Ade Armando Terjebak Dalam Pemikiran Yang Landai

13 November 2021   21:12 Diperbarui: 14 November 2021   06:11 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Apa tandanya, kita makhluk yang hidup ini masih melangkah di perjalanan yang belum punya ujung ?.  Ada bahagian dari jawabannya, karena dari waktu ke waktu kita tetap terus mencari, menapak dimana ujung dari permasalahan kehidupan ini yang tidak kunjung pernah kita temukan, itu sangat-sangat kompleks. Kematian ?, apakah bukan dari ujung perjalanan kehidupan manusia itu ?, belum tentu karena menurut Islam, ada kehidupan dalam versi lain, setelah kematian, begitu juga kata pengikut agama lain.

          Ribuan tahun kita manusia mencoba hidup dalam koridor kemanusiaan yang beradab, dan disela-sela kehidupan itu juga kita terus berfikir mencari tahu tentang suatu kepastian. Lalu kita menemukan apa itu Agama. Apa yang kita harapkan dalam meniti kehidupan berlandaskan tempaan agama. Islam menjawabnya " Fiddunia wal akhirah " untuk berdunia dan ber akhirat. Yang jelas, yang  kita sudah tahu adalah dunianya, akhiratnya ? kita masih meraba dan mau tidak mau harus menggunakan hukum qausalitas. " Kita ada karena ada yang menciptakannya " itulah alasannya ketika saya harus meyakini keberadaan atau adanya Tuhan, yang bagi Umat islam disebut Allah.

          Dalam rentang waktu panjang, saya berprofesi sebagai penulis. Sebagai Jurnalis sejak tahun 1985, usia saya saat ini 64 tahun. Saya paling tidak gemar terlibat dalam polemix ke Agamaan. Akan tetapi setelah melihat suatu sikap, entah apa namanya ?, seperti judul lagu "Entah apa yang mrerasuki hatimu ?" sehingga mau of tidak mau. Sebagai bangsa Indonesia yang berlebel Agama Islam, saya tertarik untuk menanggapi pendapat-pendapat saudara Ade Armando, siapapun anda.

          Banyak memang pendapat tentang ber agama ini, yang saya juga sulit lari dari kenyataan. Bahwasanya kita memang sebagai manusia punya otak, punya pikiran yang diberi oleh yang maha pencipta. Dan adalah suatu hal yang tidak benar, kalau untuk agama kita harus dibatasi untuk menggunakan otak dan pikiran itu. Dan saya yakin Rasulullah juga tidak pernah membatasi umatnya, umat Islam untuk menggunakan akal dan pikiran, alias otak. Justru karena adanya otaklah, saya harus menurutkan kata hati untuk mengomentari statemen demi statemen Ade Armando, siapapun anda yang anda sebut masih dalam koridor Islam, anda mengaku sebagai orang yang beragama Islam. Masalah beragama islam ini saya juga tidak selalu harus meloloh kenyataan yang saya saksikan. Puluhan tahun silam, saya membawa anggota keluarga saya. Istri dan anak-anak saya kesuatu tempat, dimana ditempat itu, selalu diziarahi Imat Islam. Yang akhirnya setelah saya pikir saya kecewa, karena setahu saya dalam Islam, di Al Qur'an mungkin caranya sama seperti Ade Armando saya hanya baca tafsir. Dari sana saya mengetahui orang islam tidak dibenarkan mengultuskan seseorang. Ditempat yang saya datangi itu, didatangi orang silih berganti yang menghadap kepada Tuan Anu. Datang mengutarakan maksudnya, salam berisi uang entah berapa si Tuan menerima salam, lalu memasukan uang kelapisan yang seperti ambal yang didudukinya. Ketika tiba giliran saya, bahana ketidak senangan saya. Saya mengeluarkan kata-kata yang mem buat si Tuan tersebut wajahnya merah padam, dan saya pergi. Itulah sikap extrim saya terhadap yang orang katakanlah ahli agama, namun menurut kaca mata saya tidak seperti itu, seharusnya.

         Dari gambaran yang saya utarakan, sebagai seorang Islam saya juga tidak ingin di cap sebagai islam yang membenci kaum Islam. Yang saya tidak sukai adalah sikap seorang Islam, yang menurut kacamata saya lari dari garis keharusan Agama Islam itu. Karena menurut saya Islam itu, landasannya kebajikan. Bukan akal-akalan, dan kali-kali. Megenai jalur turunan, nenek saya islam, dan saya harus juga Islam. Tidak seperti itu, saya gunakan pemikiran dan daya cerna otak saya. Sehingga saya putuskah saya harus tetap islam. Terlepas dari jalur keturunan, kakek, nenek,ayah ibu saya yang orang islam. Ungkapan saya diatas, merupakan deretan kalimat yang lebih kental saya arahkan kepada Edi Armando. Yah masih untuk Ade Armando, melihat viralnya statemen anda. Apakah mengenai kewajiban sholat lima waktu, yang anda katakan tidak saudara temukan ketentuannya di Qur'an. Dan masalah Syariah, yang anda kaitkan kepada tujuan Khilafah. Terus terang saja, saya juga tidak sependapat dengan pemikiran bilamana negeri ini, digiring kepada system ke Khilafahan itu. Banyak alasan yang bisa saya kemukakan. Mungkin salah satunya, tentang perbedaan jaman. Akan tetapi saya menganggap Edi Armando, terlalu berpikiran landai. Bahasa Minangnya " Rato Sae " bahasa Batak Songon Mangompot, Bahasa jawanya " Ujug_ujug" mengeluarkan statemen yang nadanya memerotes prilaku umat Islam, dalam kelajiman umat Islam yang sudah berlangsung ribuan tahun "Sholat Lima Waktu" sehari semalam. Bung Edi Armando, enggak sholatpun anda tidak akan ada yang mau ribut itu. Kalau mau tiga kali sehari. Pakai dua raka'at pada saat Zuhur, orang tidak peduli,  tapi untuk anda sendiri. Jangan pengaruhi orang lain, siapapun akan ber reaksi.  Ribuan tahun sudah dilakukan umat islam Sholat lima waktu itu, yah itu tadi ujug-ujug  Ade Armando mempublitisir,  sepertinya ingin mengajak merobah keharusan dan kelajiman itu. Koq kayaknya anda lebih pintar dari pada para agamawan-agamawan yang pernah ada yang jumlahnya ribuan, yang masih mengakui sholat itu seharusnya lima waktu. Anda nafikan, seperti Prof M.Yamin SH. Yang katanya memegang buku hukum ditangan kiri, Al Qur'an ditangan kanan. Hal inilah yang membuat saya sebagai Kompasioner terpaksa menanggapi statemen anda itu. Nah lantas, Edi Armando, juga mengungkit "Syariat Agama Islam" Syariah.

         Saya secara seksama mendengarkan uraian Ustad Felik Siaw. Nah dari sini ketahuan dan sependapat, tentang apa itu Syariah. Yang digambarkan syariah, tidaklah hanya bisa dipandang dari satu perbuatan, Qisas misalnya. Saya sependapat kalau Syariah itu, adalah rangkuman dari seluruh unsur hukum yang berbau ketentuan dan aturan islam. Disana ada bentuk Pidana, dan ke Perdataan. Dan Syariah, saya rasa berlaku untuk umat Islam, akan tetapi tidak ada ketentuan yang melarang orang yang non islam, juga berurusan kepada Bank Syariah Perbankan yang berbasis syariah, itu dulu contoh yang saya tuliskan. Apakah saya salah, kalau mengkatagorikan bahwasanya Ijab Qabul, juga tergolong hal yang diatur dengan tata cara Syariah. Kecuali selepas itu, teken-teken dan terima buku nikah, itu tidak lagi masuk dalam kisah sejarah ajaran syariah, mungkin gitu ya ?. Begitu juga ketika pengantinnya selfi-selfi. Undang-undang pernikahan, diawali dengan pasal yang bunyinya " Syahnya pernikahan, dilaksanakan sesuai dengan agama masing-masing " makanya sejak dulu, negara ini tetap masih memposisikan syariah islam itu, tapi dalam tingkat dan hal-hal tertentu. Kita harus bisa pilah-pilah, dan lihat realitanya. Hukum syariah yang dilaksanakan di negeri ini, secara umum itu bersifat terbatas, tidak sebagaimana kekhususan hukum syariah yang ditetapkan di Aceh. Itu prosesnya sudah beda, itu adalah suatu hal yang diatur melalui perjanjian diluar Indonesia ini, kalau saya tidak salah Perjanjian Helsinki. Itu kebijakan politik yang harus ditempuh Pemerintahan dimasa lalu.

          Dalam penyajian tulisan ini, saya memang mengrah kepada saudara Edi Armando. Mengapa?, disebabkan Edi Armando, sudah memasuki suatu ranah yang sensitive dalam islam, walaupun dia sendiri mengatakan di sholat. Tentu saja ketika dia Edi Armando mengutarakan ungkapannya tentang masalah sholat tidak wajib lima waktu, dan dia katakan saya sholat. Orang pasti menebak, seumur hidupnya dia pasti hanya sholat tiga kali sehari. Nah kalau saya lain lagi. Masalah sholat, saya juga akui sebagai islam yang beium mampu melaksanakan ibadah sholat itu seutuhnya, banyak tertinggal. Tertinggal berdasarkan banyak hal. Kalau ditanya apakah saya melanggar ketentuan agama ?, saya jawab iya, dan Tanya lagi apakah saya salah ?. dari kacamata ajaran islam, ya saya salah. Tapi saya tidak mencari dalih dan dalil ini dan itu, guna membenarkan kesalahan saya tersebut.

          Hal tersebut memang bahagian dari kesalahan saya sebagai umat Islam, akan tetapi saya tetap mengatakan bahwasanya apa yang diungkap oleh Edi Armando, tidak bisa saya terima. Dan sebagai pesan kepada anda, dikampung saya, di kota saya, dikediaman saya  banyak umat Islam itu gelisah, akibat ungkapan anda itu Edi Armando.

          Dan melalui tulisan ini, saya berharap hal ini bisa segera diklarifikasi. Ini tanggung jawab Majlis Ulama Indonesia, ini tanggung jawab para ulama. Akan tetapi kita menyikapinya harus dengan kepala dingin, dan mengutamakan penjelasan berdasakan penerapan Ilmu Fikih yang jelas dan lugas. Tidak semuanya umat islam di negeri ini menguasai Ilmu Fikih, tidak semuanya Umat islam di negeri ini melaksanakan ibadah itu, berdasarkan ajaran yang benar-benar ditela'ah secara mendalam berdasarkan kemampuan ilmu Fikih. Bahkan banyak yang melaksanakan ibadah agama itu, berdasarkan penalaran yang sederhana, berdasarkan petunjuk secara umum. Buktinya setiap Sholat Ied, masih memerlukan petunjuk dari agamawan pemandu sholat. Dan dalam Sholat Jenazah, masih terlihat adanya penjelasan-penjelasan yang harus diikuti dalam ketidak tahuan. Yang artinya status pengikut keagamaan itu, dalam islam masih banyak dalam standard Makmum, belum Stadard imam termasuk saya sendiri. Ini yang sulit, ketika jarum bahasa Edi Armando, sudah menyentuh kerawanan kemampuan daya nalar tersebut. Saya sendiri lebih suka mendengar ceramah Ustad, yang bersifat penjelan-penjelasan secara fikih, ketentuan hukum dalam Islam. Dan saya adalah orang yang tidak suka terhadap pendakwah, yang menyambar-nyambar agama lain, apalagi diwilayah dimana saya Tinggal Sumatera utara, hal ini sangat rawan. Dikarenakan di dalam satu Gang Pemukiman saja, penduduknya berbaur Agama, Sekian yang islam sekian yang Nasrani, ini hubungan kemasyarakatannya harus dijaga. Demi menciptakan suasana yang damai dan saling menghargai. Hari Lebaran, warga islam mengantar Piring berisikan kue-kue lebaran kepada umat Nasrani para tetangganya, Hari Natal Umat Nasrani berbuat hal yang sama, kita mau makan, kia makan. Tidak mau makan disimpan dulu, tapi jangan memperlihatkan sikap, yang menyebabkan timbulnya ketersinggungan. Itulah menurut saya sebahagian dari kehidupan berwarga dan bertetangga yang benar. Hal itu tidak  bisa dipungkiri, kita hidup dalam masyarakat yang majemuk. Terutama di Sumatera Utara, hal-hal seperti ini, memang harus disadari. Itu pandangan saya sebagai umat, dan warga yang berbasis Agama Islam. Namun tetap berpendapat apa yang diucapkan oleh Ade Armando, bukanlah hal yang biasa-biasa saja, trims.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun