Mohon tunggu...
Zulaikha R
Zulaikha R Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo, nama saya Zulaikha Rahmawati, saya mahasiswa UIN Raden Mas Said jurusan PAI fakultas ilmu tarbiyah, saya dedikasikan akun ini untuk memberikan informasi mengenai keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Suap Masuk Universitas

8 Juni 2023   09:48 Diperbarui: 8 Juni 2023   09:48 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest/Inna Vlasikhina

BUDAYA SUAP MASUK UNIVERSITAS

Pendidikan merupakan sarana proses pembelajaran bagi peserta didik untuk aktif mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki serta membangun karakter dan akhlak mulia yang diperlukan untuk peserta ddik, masyarakat, bangsa, dan negara. 

Namun, dunia pendidikan ini memiliki sisi gelap, yaitu kasus suap menyuap. Kasus suap menyuap yang terjadi begitu kompleks, mulai dari peserta didik, pendidik, hingga para pejabat dalam bidang pendidikan. 

Banyak orang yang melakukan perbuatan suap menyuap dengan dalih memberi hadiah kepada para pejabat dalam dunia pendidikan.  Kasus suap ini dapat dilihat dari mudahnya masuk universitas favorit melalui jalur belakang atau menyogok tanpa memperhatikan standar yang telah ditentukan dalam penerimaan mahasiswa baru. Kasus suap menyuap masuk perguruan tingi bukanlah suatu hal yang baru. 

Adanya kasus suap menyuap ini membuktikan bahwa saat ini perguruan tinggi masih belum bebas dari tindakan korupsi. Tindakan ini sangat merugikan peserta didik atau mahasiswa yang lain karena hal tersebut dapat dianggap sebagai suatu bentuk kecurangan.

Pendidik yang seharusnya mengajarkan kepada mahasiswa  mengenai pendidikan anti korupsi untuk membangun cita-cita anti korupsi dan membekali mereka dengan pengetahuan tentang korupsi dan bagaimana cara mencegahnya, justru pendidik tersebut malah melakukan korupsi. Jika pendidik yang dijadikan "role model" malah melakukan korupsi, lalu bagaimana dengan peserta didiknya?

Padahal dalam islam, pendidik harus memiliki salah satu kompetensi, yaitu akhlak mulia. Sebagaimana dalam hadis Rasulullah Saw:

عَنْ اَبِي الدَّرْداَءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوْضَعُ فِى الْمِيْزاَنِ اَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ وَاِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَ الصَّلاَةِ

Terjemah:

Abu Darda r.a, meriwayatkan, "Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi was sallam berkata, 'Tak ada yang lebih berat pada timbangan (mizan, pada hari pembalasan) dari pada akhlak yang baik. Sungguh orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat." (HR. At Tirmidzi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun