Mohon tunggu...
zivana faras sahira
zivana faras sahira Mohon Tunggu... siswi

Hai.Udah gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kreativitas Carmen: Dari Inspirasi Hingga Karya Hidup

27 September 2025   20:29 Diperbarui: 27 September 2025   20:29 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hingga akhirnya, di antara tumpukan bahan, Carmen menemukan sterefoam yang tebal dan kokoh---bahan yang sempurna karena bisa dipotong dengan cutter dan sangat pas untuk kerajinan yang akan dibuatnya.

Kembali ke kamarnya, ia meletakkan sterefoam di lantai dan mulai menggeledah laci meja. Beragam alat dan bahan seperti amplas halus, cutter, penggaris, pistol lem tembak, pensil bekas, cat akrilik, serta kuas cat pun tersusun rapi di atasnya. Walau sudah lengkap, ada sesuatu yang masih dirasa kurang.

Tanpa ragu, Carmen berlari ke dapur dan membuka laci dapur, menemukan tusuk gigi serta sumpit kayu yang juga akan membantu kreasinya. Semua barang disimpan rapi dalam plastik agar esok pagi mudah dibawa.

Hari itu menjadi momen awal bergelora semangat kreatif Carmen, dari pencarian bahan hingga persiapan alat, yang menandai perjalanan baru dalam mewujudkan ide dan karyanya sendiri.

Esok paginya, tepat saat pelajaran ketiga dimulai, Carmen sudah sibuk menyusun peralatan dan bahan di atas mejanya dengan penuh semangat. Ia memulai proyeknya dengan menyiapkan potongan sterefoam. Dengan teliti, Carmen menggambar pola persegi panjang berukuran 14 x 6 cm di atas bahan itu, lalu hati-hati memotongnya menggunakan cutter. Perlahan, potongan demi potongan terbentuk hingga menjadi tumpukan sekitar lima buah persegi panjang yang siap dirangkai. Selanjutnya, potongan-potongan itu disatukan dengan lem tembak, menghasilkan sebuah balok kecil yang kokoh.

Semua berjalan sesuai rencana, membuat Carmen semakin percaya diri. Ia lalu beralih ke bentuk berikutnya: lingkaran berdiameter 4 cm, sebanyak dua buah. Dengan penuh fokus, Carmen menatap sketsa lingkaran tersebut, lalu meraih cutter di sampingnya---namun tangannya seakan terpaku karena cutter itu hilang. Ia mencari-cari dengan cepat dan sekilas, tapi tak ingin membiarkan gangguan kecil itu menghentikannya. Tanpa ragu, ia merogoh tasnya dan mengeluarkan cutter cadangan yang memang sudah disiapkan sebagai antisipasi kejadian tak terduga.

Dengan cutter pengganti itu, Carmen melanjutkan pekerjaannya dengan semangat. Ia memotong lingkaran itu dengan presisi, kemudian melubangi bagian tengahnya. Satu lingkaran ditempel di tengah sumpit, sementara lingkaran satunya lagi ditempel di ujung sumpit lain dengan cara yang sama. Langkah demi langkah, karya kecil itu perlahan menghidupkan ide dan kreativitas Carmen menjadi nyata.

Carmen kembali melanjutkan pekerjaannya dengan penuh fokus, mulai membuat sketsa tikus. Ia hanya menggambar kepala dan badan, tanpa tangan dan kaki. Ketika tangannya meraih cutter di meja, ia terkejut karena cutter itu tiba-tiba hilang. Tanpa ragu, Carmen mengambil cutter cadangan dari tasnya dan kembali melanjutkan memotong sketsa tikus tersebut.

Setelah memotong bagian yang sudah digambar, Carmen mulai melubangi beberapa titik, terutama untuk bagian tangan yang akan ia tempelkan dengan dua tusuk gigi. Selanjutnya, Carmen menggambar potongan keju --- satu berbentuk lingkaran dengan salah satu bagian dipotong mirip segitiga, dan satu lagi berbentuk segitiga penuh. Saat asyik mengerjakan sketsa itu, ia kembali mencari cutter yang ternyata tak kunjung ditemukan. Perasaan kesal mulai menggerogoti dirinya.

Carmen kemudian berkeliling mencari, mencoba menemukan siapa yang mengambil cutternya. Matanya tertuju pada meja Jema, di mana cutter itu ternyata tergeletak. Rasa kesal dan marah menyelimuti Carmen, ia mengambil cutter itu dan langsung mencari Jema. Setelah bertemu, Carmen menuduh Jema telah mengambil cutternya dan berkata dengan nada kecewa serta emosi.

Jema yang bingung mencoba membela diri, mengatakan bahwa cutter itu memang miliknya, bukan milik Carmen. Namun, Carmen tetap ngotot dan yakin itu cutter miliknya. Untuk membuktikan, Jema menunjukkan cutter tersebut yang terukir dengan namanya. Melihat bukti itu, mata Carmen membulat dan wajahnya langsung memerah. Ia pun segera meminta maaf dengan tulus. Jema hanya terkekeh kecil melihat reaksi Carmen, dan ketegangan pun berubah menjadi suasana yang lebih santai dan penuh canda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun