Mohon tunggu...
Zidan Fathur Rahman
Zidan Fathur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Many a little makes a mickle

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Damai ala Stoic

21 Mei 2022   19:14 Diperbarui: 24 Mei 2022   01:51 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aliran Stoisisme diciptakan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke 3 sebelum masehi. Aliran ini mengajarkan bagaimana hidup dalam pengendalian diri dan penerimaan terhadap apa yang ada di diri kita.

Satu prinsip utama Stoisisme adalah bahwa kita harus hidup selaras dengan alam. "Manusia yang hidup selaras dengan alam adalah manusia yang hidup sesuai dengan desainnya, yaitu makhluk bernalar." – Henry Manampiring. Rasionalitas sangat dipentingkan didalam Filsafat Stoa.

Stoisisme berprinsip bahwa yang dalam kendali kita hanya pikiran dan perbuatan kita. Dapat diartikan, bahwa segala sesuatu tergantung mindset dan apa-apa yang diperbuat oleh kita.

Seperti kecemasan pada ulangan di sekolah atau perkuliahan, akan nantinya apakah nilai memuaskan atau tidak. Tetapi Stoic tidaklah demikian, ia justru akan lebih memikirkan (terfokus, red-) terhadap pembelajarannya, menyiapkan segalanya untuk zona pertarungan akal, sebab penilaian merupakan diluar kendalinya.

Untuk hidup layaknya seorang Stoic, berikut beberapa ajaran Stoisisme untuk pengamalan sehari-hari:

1) Positif Thinking

Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa pikiran adalah bagian dari kendali kita. Berpikir positif adalah cara mengambil hikmah disetiap masalah yang menimpa. Seorang Stoic ketika dihadapkan masalah lebih tenang, bijak, sebab dalam prinsip Stoisisme percaya datangnya hal-hal buruk yang pasti menimpa disuatu waktu. Stoisisme melihat peristiwa, apapun itu, sebagai fakta objektif, dan makna dari peristiwa itu datang dari diri kita sendiri. 

2) Literasi: Menulis

Tokoh-tokoh dalam aliran Stoisisme, seperti Marcus Aurelius yang merupakan seorang Kaisar, James Stockdale salah satu Pilot pada perang Vietnam, dan Epictetus dari golongan budak, ketiganya disamping kesibukannya, seringkali menyempatkan waktu untuk menyusun jurnal. Menulis pun dapat melatih otak kita, dan dengan menulis kita pun akan memperbanyak membaca buku sehingga dapat menambah pengetahuan. Dengan tulisan (baca: jurnal) pula, kita pun akan berkaca ke masa lampau dari beberapa kejadian, untuk dimasa kelak mendapatkan kebahagiaan.

3) Tidak Mengkhawatirkan Opini Oranglain

Opini dalam Dikotomi Kendali tergolong diluar kendali kita. Oleh sebab itu, kita tak ada kuasa untuk merubah opini tentang kita dari oranglain, apakah kita baik atau buruk dalam pandangannya. Dalam filsafat ini, opini dijadikan sebagai masukan dalam pengembangan diri. Ketika misalnya seseorang menjustifikasi kita buruk dari segi prestasi, maka kita harus berupaya untuk meningkatkan kualitas, tetapi tidak perlu sampai ambisius, sebab yang menjadi tolak ukur bukan prestasinya, melainkan kebahagiaan tatkala pencapaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun