Gambaran Umum Fenomena Sosial: Tradisi Iraw Masyarakat Tidung di Nunukan
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keberagaman budaya yang  menyimpan berbagai fenomena sosial yang menarik dan bernilai tinggi. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah tradisi Iraw yang dipraktikkan oleh masyarakat Tidong di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Fenomena sosial berupa tradisi Iraw di masyarakat Tidung di Nunukan menghadirkan wawasan berharga tentang psikologi ulayat yang menunjukkan kompleksitas dan kekayaan budaya yang terus hidup dalam dunia yang terus berubah. Keberlanjutan tradisi ini bukan hanya tanggung jawab masyarakat Tidong sendiri, tetapi juga warisan berharga bagi Indonesia dan dunia yang harus dihargai dan dilestarikan.
Iraw Tengkayu merupakan upacara turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat suku Tidong. Iraw Tengkayu itu sendiri mempunyai dua arti kata diambil dari Bahasa Tidong, yakni kata Iraw yang berarti perayaan atau pesta, sedangkan Tengkayu adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yang dimaksud pulau kecil di sini adalah sebagian pulau-pulau yang terdapat di kalimantan utara salah satunya adalah Nunukan. Festival Iraw Tengkayu adalah upacara tradisional dan perlombaan yang diadakan oleh masyarakat Suku Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Festival ini berupa upacara ritual menghanyutkan sesaji ke laut dan berbagai macam perlombaan. Tradisi Iraw merupakan sebuah upacara adat yang menghormati leluhur dan roh alam yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Tidong. Upacara ini tidak hanya mencerminkan nilai-nilai adat dan spiritualitas tetapi juga menggambarkan kekayaan psikologi ulayat masyarakat ini. Â Festival ini biasanya di laksanakan setiap 2 tahun sekali.
Iraw Tengkayu adat tidung Borneo bersatu dipusatkan di Desa Binusan Nunukan, Kalimantan Utara. Tradisi ini tidak hanya di hadiri oleh masyarakat suku tidung yang ada di Nunukan, namun seprovinsi Kalimantan Utara bahkan dari berbagai penjuru negara lain seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina juga ikut memeriahkan kegiatan tersebut. Tradisi Iraw sendiri memiliki tujuan yakni sebagai ajang silaturahmi sekaligus menyatukan tujuan yang sama antar negara serumpun yang merupakan bagian dari masyarakat suku tidung, baik dari Indonesia sendiri bahkan hingga luar negeri.Â
Festival Iraw Tengkayu memiliki inti dalam upacara tradisional Parade Padaw Tuju Dulung, yaitu perahu hias yang diarak mengelilingi kota. Perahu ini memiliki beberapa bilah bambu di bagian bawahnya, digunakan oleh para pemuda untuk membawa Padaw Tuju Dulung. Padaw Tuju Dulung memiliki tiga cabang yang disebut haluan. Haluan tengahnya memiliki tiga tingkat, sementara dua haluan lainnya di kanan dan kiri perahu memiliki dua tingkat. Totalnya, ada tujuh tingkat, yang melambangkan jumlah hari dalam seminggu, merepresentasikan siklus kehidupan manusia yang berulang seminggu sekali. Para pemuda membawa Padaw Tuju Dulung yang dicat dengan tiga warna berbeda: kuning, hijau, dan merah. Warna kuning, yang melambangkan kehormatan atau sesuatu yang dihormati dalam budaya Suku Tidung, ditempatkan di bagian paling atas perahu. Satu tiang tertinggi juga melambangkan keberadaan satu penguasa tertinggi alam semesta, yaitu Yang Maha Kuasa Allah SWT.
Bagian tengah Padaw Tuju Dulung memiliki lima tiang yang mewakili shalat lima waktu yang dilakukan oleh umat Islam setiap harinya dan melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima butir. Tiang-tiang ini digunakan untuk mengikat kain atap, yang disebut pari-pari. Kain atap ini juga dihubungkan ke haluan perahu di kanan dan kiri. Di bagian tengah perahu, tepat di bawah pari-pari, terdapat struktur berbentuk rumah dengan atap bertingkat tiga yang disebut meligay. Di bawah meligay, terdapat pintu di keempat sisinya. Di tempat ini diletakkan sesaji yang berisi makanan yang nantinya dilepaskan di laut, disebut pakan dalam budaya masyarakat Tidong.
Ulasan Fenomena Sosial: Tradisi Iraw Tengkayu dari Sudut Pandang Psikologi Ulayat
Dalam psikologi ulayat, analisis terhadap Tradisi Iraw Tengkayu dapat memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana fenomena sosial ini mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku individu dalam konteks budaya mereka. Studi semacam ini tidak hanya memahami tradisi-tradisi lokal tetapi juga membantu dalam menghargai kompleksitas psikologi manusia dalam kerangka budaya mereka.
Tradisi Iraw menciptakan ikatan emosional yang kuat antara generasi, memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap nenek moyang, serta keberlanjutan spiritualitas dalam masyarakat Tidong. Dalam psikologi ulayat, hubungan ini dianggap sebagai elemen penting dalam membentuk identitas diri dan stabilitas mental masyarakat. Tradisi Iraw masyarakat Tidong di Nunukan bukan hanya sekadar serangkaian ritual, tetapi juga cerminan dari kompleksitas psikologi ulayat yang mengakar dalam keyakinan dan pemahaman mendalam terhadap dunia spiritual. Fenomena sosial ini membawa pesan universal tentang pentingnya menjaga keberlanjutan budaya dan menghargai hubungan yang mendalam antara manusia, alam, dan dunia gaib.
Selain itu, tradisi Iraw Tengkayu juga mencerminkan psikologi kolektivitas dalam masyarakat Suku Tidong, hal tersebut dapat diliht dari Keikutsertaan banyak individu dalam upacara ini menunjukkan pentingnya identitas kelompok dan solidaritas sosial. Sehingga Psikologi kolektivitas ini dapat memperkuat rasa kebersamaan dan keterikatan emosional di antara anggota komunitas. Selain itu Banyak elemen dalam Tradisi Iraw Tengkayu memiliki makna simbolis. Warna-warna pada Padaw Tuju Dulung, jumlah haluan, dan tingkat-tingkat perahu semuanya mewakili nilai-nilai dan keyakinan dalam budaya Suku Tidong. Psikologi simbolisme menggali makna psikologis di balik simbol-simbol ini dan bagaimana mereka mempengaruhi persepsi dan emosi individu.
Partisipasi dalam Tradisi Iraw Tengkayu juga melibatkan aspek psikologi ritual, di mana individu terlibat dalam serangkaian tindakan yang memiliki signifikansi keagamaan dan spiritual. Psikologi ritual membantu dalam memahami bagaimana ritual-ritual ini membentuk identitas dan memberikan rasa tujuan dan ketentraman kepada pesertanya. Keterlibatan individu dalam Tradisi Iraw Tengkayu mungkin memberikan rasa penghargaan dan pengakuan dalam komunitas. Psikologi penghargaan mempertimbangkan bagaimana pengakuan terhadap kontribusi individu dalam tradisi ini dapat memperkuat rasa harga diri dan kebanggaan individu. Tradisi Iraw Tengkayu adalah bentuk warisan budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi. Psikologi warisan budaya meneliti cara di mana nilai-nilai, tradisi, dan keyakinan budaya diteruskan dan dipertahankan, serta bagaimana pengalaman ini membentuk identitas dan kesejahteraan psikologis individu.
Daftar Pustaka
Antara. (2020). Iraw Adat Tidung di Nunukan di hadiri perwakilan tiga Negara. https://www.antaranews.com/berita/1348962/iraw-adat-tidung-di-nunukan-dihadiri-perwakilan-tiga-negara di akses pada 07oktober 2023 pukul 11.19.
Arifin, Zainal. (2008). Kebudayaan dan Adat Istiadat Masyarakat Tidung Kalimantan Utara. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyana, Yusuf. (2015). Tradisi Lisan Masyarakat Tidung di Nunukan: Suatu Kajian Etnolinguistik. Banjarmasin: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Banjar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryadi, R. (2012). Psikologi Ulayat: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wikipedia. (2015).Festival Iraw Tengkayu. https://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Iraw_Tengakayu# di akses pada 07 oktober 2023pukul 08.20.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI