Mohon tunggu...
ziadatul khoiroh
ziadatul khoiroh Mohon Tunggu... Freelancer - pribadi

ziadatul khoiroh-mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Petani Muda di Desa Tanjungrasa Kecamatan Tanjungsari

5 Maret 2019   09:07 Diperbarui: 5 Maret 2019   10:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya lahan pertanian yang jumlahnya semakin menyusut, masyarakat desa dihadapkan dengan sulitnya mencari petani. Jumlah petani semakin berkurang, salah satunya di Kecamatan Tanjungsari. Meski memiliki 3.416 hektar lahan pertanian dan perkebunan, jumlah petani yang menggarap lahan tersebut tak berimbang.

"Kalau di sini sudah pada tua dek. Kira-kira sudah usia 45 tahun ke atas, yang muda-muda lebih memilih untuk keluar dari desa dan membantu ketika panen saja" ujar pak Endin petani Desa Tanjungrasa Kecamatan Tanjungsari. Lanjutnya, kekurangan petani lantaran generasi muda banyak yang merantau dan bekerja. Sementara, para orang tua yang meladang di kebun dan disawah sudah semakin berkurang.

"Ya sebenarnya, kami menginginkan anak-anak muda yang membantu kita di sawah agar adanya kemajuan teknologi atau informasi dek, dan hasil panen tidak gagal lagi seperti tiga sampai dua tahun yang lalu" ujarnnya pada Selasa (26/02/2019) siang.

Sekretaris Desa Tanjungrasa Kecamatan Tanjungsari Utom Bustomi menjelaskan, saat ini Kecamatan Tanjungsari memiliki 3.562 petani, dan di Kecamatan Tanjungsari sudah di kelola oleh 6 kelompok tani . Kelompok-kelompok ini hanya kelompok kecil.

"Jika dilihat dari data, anggota kelompok tani hanya 20 samapi 50 orang saja, padahal ada ribuan orang yang berstatus petani. Kami berharap nantinya ada sekelompok anak muda yang dapat memajukan pertanian di Kecamatan Tanjungsari" Cetus Utom Bustomi.

Menurut, Hajah Beti, salah satu pengurus kelompok Tani Tanjungrasa Sejahtera, tak membantah dengan kondisi tersebut. Anggota kelompok tani mendukung jika ada petani muda yang dapat mengembangkan pertanian. "Kami juga sangat bersyukur jika ada anak-anak muda yang mau turun untuk ke sawah," ucapnya. Beliau melanjutkan, Anak muda saat ini hanya memikirkan bagaimana cara kerja dan dapat uang secara instan. Mereka sudah tidak memikirkan bagaimana jika tidak ada petani lagi diwilayahnya.

"Kita harus dorong agar petani dapat regenerasi, kedepannya nanti ini akan menjadi pengusaha. Bukan lagi petani tradisonal," ucapnya.
Berbeda dengan petani muda, hasil petanian akan dikembangkan dan diolah menjadi produk. Hasil pertanian dikemas dengan bentuk dan brand ciri khas produk pertanian. "Di sini daya jual lebih tinggi. Pembinaannya contoh, dengan UMKM atau dinas terkait," tukasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun