Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

15 Destinasi Indah di Daratan Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi

29 Mei 2023   16:22 Diperbarui: 29 Mei 2023   16:34 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara ini ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran pada 18 Desember 2003. Nama Wakatobi ini diambil dari singkatan nama empat pulau besar yang ada di kabupaten ini, yaitu: Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Apa saja pesona Wakatobi? Yuk, saya ceritakan.

Sebuah fakta menarik yang baru kuketahui saat tiba di sini adalah warga lokal antar Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memiliki bahasa daerah masing-masing, berbeda antar pulau. Destinasi pertamaku adalah di Pulau Wangi-wangi. Setelah menempuh perjalanan kapal dari Kendari, saya tiba di Pulau Wangi-wangi atau dikenal juga sebagai Wanci pada tanggal 22 April 2023, tepatnya 1 Syawal 1444 Hijriah.

Sore itu, temanku yang merupakan warga lokal Pulau Wangi-Wangi sudah mengajak saya ke Goa Kontamale terlebih dahulu pada hari pertama Idul Fitri, karena ia bilang kalo hari pertama lebaran kemungkinan masih sepi di Kontamale ini, kalo sudah hari kedua, biasa sudah ramai orang mencuci.

Goa Kontamale, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)
Goa Kontamale, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)

Lokasi Goa Kontamale ini di tepi jalan raya, cukup jalan kaki turun ke bawah sedikit, maka akan bertemu dengan dua cerukan air. Hanya ada beberapa masyarakat yang sedang berenang di sini sore itu. Ada orang dewasa dan anak-anak. Suasana dalam Goa Kontamale ini memang adem sekali, karena banyak pohon rimbun yang tumbuh memayungi area ini. 

Keindahan stalaktit (pada langit-langit gua) dan stalagmit (tegak di lantai gua), serta akar-akar pohon besar sungguh menghiasi permandian ini. Air terlihat biru sekali. Saat digapai dengan tangan, air bening ini terasa sangat segar. Walaupun ada pojok yang tercemari sampah-sampah kemasan makanan, dan deterjen, namun menurutku area Goa Kontamale ini bisa dikatakan bersih.

Goa Te'ekosapi, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)
Goa Te'ekosapi, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)

Kemudian, perjalanan wisata seharian di daratan Pulau Wangi-wangi pun dimulai keesokan harinya, yaitu pada hari kedua Idul FItri. Perjalanan dimulai jam 8 pagi. Pertama, kami mampir ke Goa Te'ekosapi.

Letaknya juga dipinggir jalan, dan tinggal turun sedikit tangga untuk masuk ke dalam goa. Banyak stalaktit, stalagmit aneka bentuk, dan akar-akar pohon juga yang menghiasi goa ini. 

Air di sini juga sangat biru, dan benar kata temanku bahwa masyarakat akan ramai mencuci di sini. Jadi, panorama pagi di Goa Te'ekosapi ini adalah ayah-bunda yang sedang mencuci, dan anak-anak yang sedang bermain air. Bahkan tali gantungan baju juga dipasang di sini. Karena memang tidak bermaksud berbasah-basahan di permandian ini, jadi saya hanya menikmati keasrian sini sekitar 5 menit, lalu melanjutkan perjalanan ke destinasi berikut.

 Pantai Wambuliga (Dokumentasi Pribadi)
 Pantai Wambuliga (Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya, kami ke Pantai Wambuliga. Pohon-pohon kelapa di pinggir pantai ini semuanya bungkuk, bengkok ke arah laut. Pasir putih halus, dan ada permainan-permainan di lokasi ini. 

Ada infografis menarik dan sungguh menambah wawasan tentang mangrove, lamun, terumbu karang, dan keterkaitan tiga ekosistem tersebut. Kamipun duduk di tepi pantai, menikmati suasana alam yang menenangkan, dan desas-desus ombak laut pagi itu.

Pantai Cemara (Dokumentasi Pribadi)
Pantai Cemara (Dokumentasi Pribadi)

Kemudian, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Cemara. Namun, dalam perjalanan dari Pantai Wambuliga ke Pantai Cemara, sebenarnya melewati Pantai Sombu yang sedang ada pembangunan di dalamnya sehingga tidak bisa dimasuki. Tiba di Pantai Cemara, sesuai dengan namanya, banyak pohon cemara di area pantai ini. 

Di sini juga ada ayunan, warung yang berjualan makanan, dan minuman, tunggul pohon yang dijadikan tempat duduk dan meja, serta pajangan yang dirangkai dari batang pohon dan cangkang-cangkang kerang. Pasir di Pantai Cemara pun berbeda dengan pasir di Pantai Wambuliga, yang mana teksturnya lebih kasar. Namun, sayangnya kondisi Pantai Cemara ini agak kotor karena sampah-sampah. 

Setelah bersantai sekitar 30 menit di pantai ini, kamipun melanjutkan perjalanan. Saat kami mau keluar, kami ditagih uang parkir motor seharga 5ribu rupiah, dan duduk di ayunan juga seharga 5ribu rupiah. Demikian, Pantai Cemara ini adalah satu-satunya tempat wisata berbayar yang kukunjungi di Pulau Wangi-wangi seharian penuh ini.

Moli'i Sahatu (Dokumentasi Pribadi)
Moli'i Sahatu (Dokumentasi Pribadi)

Berikutnya, kami menuju Moli'i Sahatu. Memarkirkan motor di pinggir jalan raya, tepatnya di depan gerbang Moli'i Sahatu, tidak ada penjaga di tempat wisata ini, kami berjalan kaki masuk melewati semak-semak, kemudian menuruni tebing dengan berhati-hati. Tibalah kami di hamparan pantai, dan kamipun mulai mencari sumber mata air. 

Kami mengamati setiap lubang batu yang mengeluarkan air, menadah air yang keluar dengan tangan, kemudian mencicipnya. Ada air asin yang tercicip, dan ada air tawar yang tercicip. 

Sesuai dengan namanya yang mana dalam bahasa lokal, Moli'i berarti mata air, dan Sahatu berarti seratus, tidak hanya satu sumber mata air tawar yang kami temui, tetapi ada beberapa di sepanjang pantai ini. Namun, karena kami berada di sini sekitar jam 10 pagi, jadi air laut sudah mulai naik, dan tercampur dengan air tawar yang keluar dari sumber-sumber mata air. 

Batu-batu yang mengeluarkan sumber air itu dikerumuni kerang-kerang kecil, dan lamun yang terangkat hingga lamun yang mati. Air tawar yang mengalir keluar dari lubang batu di pinggir pantai menuju arah laut bertemu dengan air laut pasang yang mengalir memasuki area pantai, ada pusaran air yang teramati. Unik ya.

Pantai Sousu (Dokumentasi Pribadi)
Pantai Sousu (Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya, kami mampir ke Pantai Sousu, yang menyambut kami dengan landmark menyerupai layar. Adanya pembangunan-pembangunan yang membuat kondisi pantai ini cukup tertata rapi, dan apik, saya sendiri sih melihat desain toilet nya ini bagus. 

Air laut bening hingga bisa melihat dasar laut tetap menjadi panorama di sini, tetapi pasir putih bukan fokus di pantai ini. Adapun beton-beton besar di depan sana yang berfungsi sebagai pemecah gelombang atau ombak laut agar bisa mencegah abrasi pantai.

Di Pulau Wangi-Wangi juga ada Pemandangan menyerupai Raja Ampat (Dokumentasi Pribadi)
Di Pulau Wangi-Wangi juga ada Pemandangan menyerupai Raja Ampat (Dokumentasi Pribadi)

Kami tidak nongkrong lama di pantai ini, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Liya. Dalam perjalanan di kawasan Desa Liya, kami melihat pemandangan indah, jadi kami menepi dan berfoto. Ada pulau-pulau hijau di antara air laut bergradasi hijau dan biru, panorama ala-ala Raja Ampat, Papua, ya kan?

Desa Wisata Liya Togo, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Desa Wisata Liya Togo, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Desa Wisata Liya Togo telah ditetapkan sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Benteng Liya ini didirikan sekitar tahun 1200-an dengan sistem pertahanan tiga lapis yang total luasnya 52.9 Ha. 

Di area benteng ini ada makam-makam kuno, masjid kuno, dan bangunan yang difungsikan untuk kegiatan perkumpulan. Sayangnya, lokasi benteng ini masih berserakan sampah dari sisa kegiatan Festival Posepa'a kemarin.

Festival Posepa'a pada 1 Syawal 1444 H di Desa Liya, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Festival Posepa'a pada 1 Syawal 1444 H di Desa Liya, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan penuturan warga lokal, dalam Posepa'a ini tidak perlu mendaftar dulu sebagai peserta pesepakan, tidak ada aturan mainnya, dan tidak ada kalah-menangnya. Tetapi, hanya sebuah tradisi turun-temurun yang masih dijalankan hingga saat ini, tepatnya pada setiap hari raya Idul Fitri. 

Jadi, saat saya menonton di situ, para lelaki muda maupun tua dengan sukarela maju ke tengah lapangan untuk saling menyepak. Bahkan saking serunya mereka menendang, semakin pinggir, atau semakin ke arah penonton mereka bergerak. Jadi, penonton perlu berhati-hati, semakin peserta Posepa'a maju, maka semakin penonton Posepa'a mundur. 

Mungkin bagi warga lokal sangat menikmati menonton atraksi kebudayaan setahun sekali ini, tetapi bagi saya orang awam yang tidak mengerti, saya kurang menikmati, melainkan sangat was-was jangan sampai luka akibat berdesak-desakan dengan penonton lain. Tetapi, saya kagum akan kelestarian tradisi ini.

Uwe Kohondao, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Uwe Kohondao, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Setelah itu, kami menuju Uwe Kohondao, dikenal juga dengan nama Seribu anak tangga, atau tangga seribu. Jadi mengikuti papan petunjuk di pinggir jalan raya, turun ke jalan setapak, kemudian memarkirkan motor, dan menuruni anak-anak tangga. 

Jangan terkejut dengan si nama panggilan tempat ini, sesungguhnya jumlah anak tangga gak sampai 1000 kok, walaupun saya tidak menghitung, tetapi berdasarkan penelusuran di internet, ada sekitar 240 anak tangga. Kawasan ini berada di bawah tebing batu tinggi, suasananya teduh. 

Di sini, ada 1 kolam air yang diperuntukkan untuk air minum, tentunya air tawar ya, dan 1 kolam air yang diperuntukkan untuk terapi ikan. Kami merendamkan kaki ke kolam terapi ikan. Ini adalah pengalaman pertamaku digigit-gigit kakiku oleh ikan-ikan kecil, rasanya kayak digigit semut-semut kecil, tidak sakit, tetapi agak menggelitik. 

Awalnya saya cukup menikmati, hingga terkagetkan oleh seekor belut gendut dengan panjang sekitar 50 centimeter yang juga ikut berenang di dalam kolam ini. Lalu, kamipun langsung menyudahi terapi ikan ini. Jadi, bagi pengunjung yang ingin menikmati terapi ikan, dihimbau untuk berhati-hati ya. Kami berlanjut ke

Walobu (Dokumentasi Pribadi)
Walobu (Dokumentasi Pribadi)

Kami berlanjut ke Walobu. Tempat ini juga berada di pinggir jalan raya. Bentuknya adalah kolam alami yang mana sejumlah masyarakat sedang berenang sekeluarga.

Huma Lakapala (Dokumentasi Pribadi)
Huma Lakapala (Dokumentasi Pribadi)

Lalu, mari ke Huma Lakapala yang berada tepat di belakang Walobu. Di sini, pemandangan yang disuguhkan adalah warna air laut yang bergradasi dari bening, biru tua, biru muda, dan biru tua. 

Sayangnya, berdasarkan info warga lokal, dan juga terlihat dari bangunan-bangunan roboh di tengah laut. Dulunya, bangunan tersebut disewakan sebagai ruang rapat atau ruang pertemuan, tetapi kini rusak dan terbengkalai.

Air Terjun Te'e kuea, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)
Air Terjun Te'e kuea, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi  (Dokumentasi Pribadi)

Setelah duduk santai sebentar di sini, kami melanjutkan perjalanan ke Te'e kuea, sebuah air terjun di Pulau Wangi-wangi. Untuk tiba di air terjun ini, harus melalui jalan setapak yang kiri-kanannya masih berupa rumput semak-semak. 

Saat tiba, dan merasakan airnya, tentu sensasi bermain air di air terjun berbeda dengan di permandian goa dan kolam alami yang dijumpai sebelumnya di Wangi-wangi. Air di air terjun lebih sejuk. 

Selain itu, dibandingkan air di permandian goa dan kolam alami yang cenderung diam, aliran di air terjun tidak henti-henti melewati bebatuan aneka bentuk, sehingga memberikan pukulan pada badan seolah-olah memijat tubuh. Kamu lebih suka di permandian goa, kolam alami atau di air terjun?

Wungka, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Wungka, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Darakunti Pookambua (Dokumentasi Pribadi)
Darakunti Pookambua (Dokumentasi Pribadi)

Lalu, kami melanjutkan bermotoran menuju Wungka, ini merupakan jalan lintasan menuju puncak. Ada apa di sini? Jalan raya di sini lebih lebar daripada jalan di tengah kota yang dilalui pagi tadi. Ada kawasan bekas tambang, ada tempat wisata yang terlantar yaitu Darakunti Pookambua, dan kantor DPRD Kabupaten Wakatobi. Jadi, kalo yang jadi DPRD di Wakatobi, berkantornya di sini, dengan panorama alam bebas begini.

Kampung Bajo Mola Bahari, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Kampung Bajo Mola Bahari, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Setelah mengitari Wungka, kami menuju Kampung Bajo Mola Bahari. Ya, jadi ini adalah area perkampungan suku Bajo yang hidupnya di rumah-rumah panggung di atas laut. 

Laut di lokasi ini benar-benar biru bening, bisa melihat lamun-lamun yang berayun, dan ikan-ikan yang berenang. Namun, sayangnya, banyak juga sampah-sampah rumah masyarakat yang dibuang ke dalam laut bening ini. Kawasan ini tidak hanya sekedar rumah warga, tetapi juga ada warung, kios, bahkan apotek yang beroperasi. Adanya jembatan pelangi yang dibangun di kawasan Mola Selatan telah menjadi salah satu tempat pengunjung berfoto instagrammable.

Marina, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Marina, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Berikutnya, kami ke Marina untuk melihat sunset, atau matahari terbenam. Marina ini merupakan suatu area reklamasi yang sering menjadi tempat tongkrongan masyarakat. Sore ini, sekitar jam 5.30 WITA, semakin banyak masyarakat memadati area ini. Kamipun memutuskan untuk berpindah ke dermaga apung. Ada beberapa kapal berupa speed boat yang berlabuh di dermaga ini, seperti Ambulance laut dan Pusling Perairan.

Dermaga Apung, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Dermaga Apung, Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Angin sepoi-sepoi dan kecantikan senja di Marina maupun dermaga apung ini sangat cocok untuk berenung dan mengenang kembali semua keelokan bervariasi dari Pulau Wangi-wangi seharian ini. 

Matahari terbenam perlahan-lahan, garis oren semakin memudar dan menipis ke dalam langit berwarna biru muda. Bahkan langit indah juga terlihat agak berwarna merah muda (pink). Setelah matahari terbenam, langit diisi oleh bulan sabit, dan bintang yang muncul satu, dua, tiga, kemudian semakin banyak hingga langit gelap dipenuhi dengan bintang berkelap-kelip memesona.

Kasuami, dan Kasuami Pepe (Dokumentasi Pribadi)
Kasuami, dan Kasuami Pepe (Dokumentasi Pribadi)

Sesudah itu, kami juga berkunjung ke pasar malam Marina. Ini adalah pasar basah, dan kami ke sini untuk membeli makanan lokal, yaitu Kasuami, dan Kasuami Pepe. 

Kedua makanan ini sama-sama berbahan dasar ubi kayu atau singkong, dan merupakan makanan pokok warga Wakatobi sebagai pengganti nasi. Ini juga didukung dengan banyaknya hamparan kebun singkong yang dilihat sepanjang perjalanan hari ini. Kemudian, bila ingin membeli makanan pendamping kasuami, banyak juga penjual lauk matang di pasar malam Marina ini.

Kasuami adalah singkong yang dikupas, diparut, dan diperas hingga kering, lalu dibentuk kerucut, dan dikukus hingga matang. Sedangkan Kasuami Pepe berbentuk bulat lonjong, yang merupakan ubi halus yang sudah dicampurkan dengan minyak kelapa alami. Adonan dipipihkan lalu digulung, dan diberi bawang goreng di atasnya. 

Saat saya memakannya bersama lauk, yaitu sayur dan ikan, saya lebih menyukai Kasuami Pepe. Ini mungkin sesuai selera masing-masing ya, kalo saat makan kasuami, terasa banget sedang makan ampas yang kasar-kasar, sedangkan kasuami pepe memiliki aroma wangi walaupun agak berminyak. 

Meski saya pertama kali menyicip makanan berbahan ubi kayu sebagai pengganti nasi, rasa kasuami maupun kasuami pepe cukup bisa diterima lidahku sebagai temannya sayur yang dimasak bersama suwiran kelapa muda, dan temannya ikan yang dimasak kuning.

Bagaimana? Apakah anda juga tergoda untuk mengunjungi Pulau Wangi-wangi setelah membaca artikelku ini? Atau anda sudah pernah mengunjungi tempat-tempat wisata yang saya ceritakan dalam artikel ini juga? Apakah ada hal-hal berbeda yang anda lihat dari tempat-tempat wisata tersebut? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar...

Atau tempat indah apa lagi yang belum saya kunjungi di Pulau Wangi-wangi? Kasihtahu aku juga di kolom komentar...

Mari Visit Wakatobi untuk melihat Pesona Indonesia.

Bonus:

 

Snorkeling di Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)
Snorkeling di Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi (Dokumentasi Pribadi)

Wisata bawah laut Wakatobi tentu sudah tidak diragukan pesonanya. Pada hari berikutnya, saya berwisata di bawah laut sini. Pengalaman snorkeling di Pulau Wangi-Wangi ini sungguh berbeda dengan pengalamanku snorkeling sebelumnya di perairan Pulau Jawa. 

Di sini, kumpulan terumbu karang terbentang luas sejauh mata memandang, bentuk dan warna karang sangat bervariasi, ada karang keras, dan karang lunak. Ya ini pertama kali saya melihat terumbu karang yang berayun-ayun di dalam laut. Ikan-ikan warna-warni juga banyak berenang kesana-kemari tanpa harus diundang dulu menggunakan makanan bila mau berfoto bersama mereka.

Guide wisata laut (snorkeling/ diving): Bombo +6282291349098 (https://www.instagram.com/yogazerofive/ )

Catatan:

  • Jam yang tertera dalam artikel adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA).
  • Harga dan kondisi tempat yang dikunjungi adalah sesuai dengan kenyataan pada 22-24 April 2023. Bila anda berkunjung ke Pulau Wangi-Wangi dan ternyata kondisinya sudah berbeda, bagikan juga cerita anda ya...
  • Ini merupakan blog liburan pribadi, yang bukan merupakan travel review yang profesional. (Doakan semoga kelak menjadi travel blogger berkualitas ya...)
  • Semoga bermanfaat ya!!! Selamat berliburan!!!

Facebook: https://www.facebook.com/suzan.zhpl

Instagram: https://www.instagram.com/suzanzhpl

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun