Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Asuransi Tidak Perlu Ditawarkan, Nasabah Datang Sendiri Untuk Didaftarkan JKN-KIS

22 Desember 2018   21:43 Diperbarui: 22 Desember 2018   22:12 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemindahan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui Aplikasi Mobile JKN

Apakah anda memiliki asuransi kesehatan? Sudah berapa lama anda mendaftar asuransi tersebut? Manfaat apa saja yang anda peroleh? Apakah anda juga mengajak kerabat anda untuk berasuransi tersebut?

Aku sih sudah memiliki Jaminan Kesehatan Nasional -- Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sebagai asuransi kesehatanku. Latar belakang aku mendaftar adalah karena memerlukan suatu biaya pelayanan kesehatan yang cukup membebankan aku yang masih merupakan seorang mahasiswi dari keluarga dengan penghasilan pas-pasan. Empat belas hari setelah pendaftaran, aku membayar, dan mencetak e-ID KIS-ku serta meng-emailkan untuk adik dan mama agar dapat dicetak di rumah mana kala membutuhkannya sebelum aku pulang liburan.

Saat itu tahun 2016, aku didiagnosis impaksi gigi, di mana gigi geraham bungsu terhalang jalan pertumbuhannya sehingga tidak dapat tumbuh keluar secara normal. Hal ini mengakibatkan perlu adanya operasi kecil untuk mencabut dua calon gigi geraham bungsu yang ada di rahang bawahku. Dengan membawa hasil x-ray panoramic gigi, fotokopi e-ID KIS, dan KTP, aku ke klinik dekat kos lokasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat aku terdaftar.

Setelah itu, aku dirujuk ke Rumah Sakit untuk ditangani oleh dokter gigi Spesialis Bedah Mulut. Seminggu setelah operasi pencabutan gigi geraham bungsu sebelah kanan, aku dioperasi lagi untuk pencabutan gigi geraham bungsu sebelah kiri. Baru saja sekali membayar iuran yang totalnya puluhan ribu rupiah untuk sekeluarga, BPJS Kesehatan sudah menanggung seluruh biaya operasi dan obat yang berkisar sekitar jutaan rupiah untuk masing-masing gigi.

Dua tahun lebih telah berlalu sejak awal bergabung sebagai peserta JKN-KIS, aku dan keluarga beberapa kali terbantu. Kami juga melihat dan menikmati beberapa perkembangan dalam program ini.

Pengalaman Pindah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Pada tahun 2016, setelah lulus kuliah, aku pindah domisili ke tempat yang lebih dekat dengan tempat kerja. Hal ini menyebabkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdaftar sebelumnya menjadi jauh untuk diakses. Untuk dapat pindah FKTP, aku perlu ke kantor BPJS Kesehatan setempat. Oleh karena itu, aku memanfaatkan suatu hari cuti untuk sekaligus menyelesaikan keperluan kampus dan BPJS Kesehatan.

Ternyata antrean BPJS Kesehatan tidak hanya ramai saat ingin memperoleh pelayanan kesehatan, tetapi juga untuk keperluan administrasi di kantor. Aku mulai antre untuk mendapatkan nomor antrean sebelum jam 8 pagi. Setelah mendapatkan antrean pelayanan nomor 52, aku memutuskan untuk tinggalkan sebentar ke kampus. Saat kembali sekitar jam 11.30, antrean sudah tiba pada nomor 50, dan aku menunggu sebentar untuk giliran pelayanan pemindahan FKTP.Kemudian pada tahun 2017, aku pulang ke kampung halaman untuk merintis karier baru. FKTP pun harus diubah lagi. Karena lokasi kantor BPJS Kesehatan agak jauh dari rumah, aku pun mencoba mengakses informasi di internet, barangkali pemindahan FKTP sudah dapat dilakukan secara online. Ternyata, betul, berbagai hal sudah dapat dilakukan dalam genggaman tangan, melalui aplikasi Mobile JKN. Hanya dalam hitungan menit, pemindahan FKTP berhasil dilakukan, dan e-ID KIS dengan perubahan data siap dicetak.

Pengalaman Dirujuk Lagi

Pada Desember 2017, aku kembali menggunakan fasilitas JKN-KIS ini. Pada awal Desember, adikku yang terlebih dahulu didiagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) di FKTP, dirujuk ke RSUD, dan dirawat inap selama beberapa hari tanpa berbayar karena diongkosi oleh JKN-KIS. Karena masih banyak saudara yang peduli akan keluargaku yang berpenghasilan pas-pasan, saat menjenguk maupun melalui telepon, banyak saudara menanyakan biaya pengobatan. Kami pun dapat menjawab dengan lega bahwa menggunakan JKN-KIS, jadi tidak bayar sama sekali.

Pada pertengahan Desember 2017, aku mulai demam. Penanganan awal sudah dilakukan dengan minum obat penurun demam, dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Beberapa hari berlanjut, tubuh mulai muncul bintik-bintik merah, dan semakin banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun