Mohon tunggu...
Zhafira Dinda Sholeha
Zhafira Dinda Sholeha Mohon Tunggu... Siswa/pelajar

Halo kompasianers 🙌 Kenalin nih, aku seorang pelajar yang sedang mencari jati dirinya. Aku kurang ahli dalam bidang pendidikan. Jadi, aku mengembangkan diri dengan cara mengikuti lomba² sesuai dengan hobi yang aku miliki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Pentingnya Etika"

19 Oktober 2025   11:50 Diperbarui: 19 Oktober 2025   13:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu'alaikum

Halo semuanya, di artikel ini aku akan membagikan cerpen buatanku yang bejudul "Pentingnya Etika". Awalnya cerpen ini kubuat untuk diikutsertakan lomba, tapi tidak jadi karena peserta sudah mencapai batas maksimum. Jadi, aku memutuskan untuk membagikannya agar bisa dibaca banyak orang. Selamat membaca yaa!

Pentingnya Etika

Angin sore menyapu halaman Pondok Pesantren Darul Ihsan. Daun-daun kering berterbangan di antara jejak kaki para santri yang baru tiba. Di antara mereka, seorang remaja laki - laki berdiri canggung sambil memeluk tas besar. Ia bernama Hasan. Wajahnya penuh rasa rindu, tapi juga penuh harap.

"Assalamu'alaikum, Pak Ustaz" sapa Hasan saat melihat ustaz paruh baya berjalan melewati gerbang.
"Wa'alaikumussalam" jawab ustaz itu dengan tersenyum hangat.
"Kamu santri baru yaa?"
"Iya, Pak Ustaz. Nama saya Hasan"
"Selamat datang di Darul Ihsan, Hasan. Di sini kita bukan hanya belajar ilmu, tapi
juga adab. Ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah."
Hasan mengangguk, belum sepenuhnya paham. Tapi, hatinya merasa tenang
mendengar kata - kata itu.

Malam pertama di pondok, para santri duduk melingkar di aula kecil setelah shalat isya berjama'ah. Ustaz Rahmat duduk di tengah mereka.

"Anak - anak" ucap beliau.
"Tahu tidak kenapa Imam Malik dulu menolak memberi fatwa kalau belum bersiwak dan memakai pakaian terbaik?"
Para santri terdiam. Hasan mengangkat tangan dengan rasa ragu.
"Karena... menghormati ilmu, Pak Ustaz?"
Wajah Ustaz Rahmat berbinar. "Betul! Itu namanya adab terhadap ilmu. Orang yang belajar tapi tidak menjaga adab, seperti orang yang menimba air dari sumur dengan ember yang bocor. Banyak usahanya, tapi sedikit hasilnya."

Malam itu, Hasan tidur dengan pikiran yang berbeda. Ia mulai mengerti bahwa menjadi santri bukan hanya tentang hfal kitab, tapi juga bagaimana bersikap.

Hari Jum'at siang, para santri diberi waktu bebas setelah kajian. Hasan dan temannya
yang bernama Fikri duduk di bawah pohon mangga.
"Tahu tidak, si Ridho itu suka nyontek pas setoran hafalan. Aku lihat sendiri!" bisik Fikri.
Hasan terdiam. "Tapi kita tidak boleh su'udzan. Belum tentu benar."
"Loh, aku lihat sendiri! Masa kamu tidak percaya?"
Hasan menunduk. "Kalau memang salah, kita do'akan saja supaya dia berubah."
Fikri mendecak kesal, tapi Hasan tetap diam.

Malam harinya, Hasan mendekati Ridho yang sedang sendirian di musala.
"Ridho" ucapnya hati - hati.
"Aku tak tahu kamu lagi banyak masalah atau tidak, tapi kalau butuh bantuan menghafal, aku siap bantu."
Ridho terkejut, matanya memerah. "Terimakasih, San... Aku... Aku memang kesulitan. Terimakasih sudh tidak menghakimi aku."
Hasan tersenyum. "Kita semua belajar. Yang penting kita saling bantu."

Suatu pagi, Hasan menerima surat dari ibunya. Tangannya gemetar saat membukanya.
"Anakku Hasan,
Ibu bangga kamu memilih jalan ilmu. Jangan lupa jaga adabmu, terutama kepada guru - gurumu. Hormatilah mereka sebagaimana kamu ingin dihormati kelak. Ibu yakin, ilmu akan menempel jika adabmu baik. Jangan pernah sombong dan jangan meremehkan orang lain. Ibu selaku mendo'akan kamu dari jauh."
Hasan meneteskan air mata. Ia mencium surat itu dan menyimpannya di dalam Al - Qur'an miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun