Mohon tunggu...
Azra Zerlina Haryati
Azra Zerlina Haryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations student

Freshman Student at Universitas Islam Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media di Era Post-truth: Peran Media dalam Mengungkapkan Disinformasi

11 Januari 2024   13:05 Diperbarui: 11 Januari 2024   13:29 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada era digital yang terus berkembang dan membawa arus yang besar, peran media sebagai penjaga kebenaran dan pemersatu masyarakat semakin diuji, terutama dengan munculnya fenomena "post-truth". Post-truth merupakan keadaan di mana emosi dan opini pribadi seringkali lebih memengaruhi pandangan publik daripada fakta objektif. Dalam konteks ini, disinformasi atau informasi  palsu atau menyesatkan, yang sengaja disebarkan untuk tujuan tertentu, seperti untuk memanipulasi opini publik atau untuk keuntungan pribadi. Disinformasi dapat berdampak negatif bagi masyarakat, karena dapat menyebabkan keresahan sosial, polarisasi, dan bahkan kekerasan.

Post-truth bukanlah sekadar keadaan di mana informasi palsu tersebar luas. Lebih dari itu, post-truth menciptakan lingkungan di mana emosi dan opini subjektif memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kebenaran objektif. Dalam era post-truth, di mana kebenaran tidak lagi menjadi hal yang mutlak, peran media dalam mengungkap disinformasi menjadi semakin penting. 

Post-truth di Indonesia menciptakan lingkungan di mana pandangan dan opini pribadi seringkali mengalahkan fakta objektif. Dalam beberapa kasus, politisasi informasi dan penyebaran berita palsu menjadi alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dampaknya dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi, memecah belah persatuan, dan memengaruhi proses demokrasi.

Media sebagai penjaga kebenaran memiliki peran yang krusial dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap berbagai isu. Media memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi yang akurat, faktual, dan berimbang kepada masyarakat. Media juga harus mampu mengedukasi masyarakat agar dapat memilah informasi yang benar dan disinformasi. Dengan demikian, masyarakat dapat membentuk opini publik yang didasarkan pada kebenaran, bukan pada emosi atau keyakinan pribadi. 

Media, baik itu media mainstream atau media sosial  atau  bertanggung jawab tidak hanya untuk menyajikan fakta, tetapi juga untuk mengajarkan keterampilan kritis kepada masyarakat dalam mengevaluasi informasi (Taufiq, 2021). Sayangnya, di era post-truth, disinformasi dapat menyusup ke dalam berbagai platform media, menantang kepercayaan publik terhadap sumber berita yang valid.

Tantangan utama bagi media dalam menghadapi disinformasi adalah memahami dinamika di balik penyebaran informasi palsu. Faktor seperti algoritma media sosial dan filter bubble dapat mempercepat penyebaran berita palsu (syuhada, 2017). Oleh karena itu, media harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi sumber disinformasi sebelum merusak integritas informasi.

Dalam suasana seperti ini, ketika maraknya berita-berita yang bertendensi menyesatkan beredar dan memenuhi seluruh media, media massa memiliki caranya sendiri dalam mengatasi dan mengimbangi berita atau informasi yang sesat dan tak bertanggung jawab. Beberapa media massa dan organisasi berita memiliki tim khusus atau kolom yang bertanggung jawab untuk melakukan fact-checking. Tim verifikasi fakta berfungsi sebagai garda terdepan dalam memeriksa keaslian klaim dan memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah berdasarkan fakta. Inisiasi ini sangat membantu masyarakat untuk tetap terhubung dengan kebenaran di tengah arus informasi yang bergejolak. 

Fact checker atau cek fakta kini telah hadir di website dengan link cekfakta.com yang merupakan proyek kolaborasi dari 25 media massa terkenal, seperti Detik.com, Kompas.com, Tempo.co, The Conversation, The Jakarta Post, Republika.co.id, dan masih banyak media lainnya. CekFakta.com diperkenalkan pada peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia pada 5 Mei 2018 oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan 22 media online. Dengan dukungan dari Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Google News Initiative (GNI), Internews, dan Firstdraft, proyek yang merupakan inisiasi dari Medcom.id ini berpartisipasi dalam upaya memberantas hoaks, disinformasi, serta ujaran kebencian yang sering muncul di media sosial (Meisyanti, 2021).

Selain berkolaborasi, terdapat beberapa media online di Indonesia yang memiliki kanal yang khusus untuk mengecek kebenaran suatu informasi ataupun kolom cek fakta seperti Liputan6.com dengan link https://www.liputan6.com/cek-fakta, Kompas.com dengan link https://cekfakta.kompas.com, dan Tempo.co dengan link https://cekfakta.tempo.co. 

Kolom fact-checker pada media massa di Indonesia memainkan peran yang signifikan dalam melawan post truth yang direfleksikan melalui  hoax,  fake news maupun hate speech (Hartono, 2018). Kolom fact-checker berfungsi sebagai alat deteksi cepat terhadap informasi yang mungkin tidak benar atau menyesatkan. Kolom ini dapat mengoreksi dan memberikan klarifikasi terhadap informasi yang salah sebelum penyebarannya menjadi lebih luas. Kolom fact-checker tidak hanya menyajikan koreksi, tetapi juga dapat memberikan wawasan tentang cara mengidentifikasi informasi yang tidak benar. ni membantu meningkatkan literasi media masyarakat, memberikan mereka alat untuk secara mandiri memverifikasi informasi yang mereka temui. 

Media di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang serius dalam mengatasi disinformasi di era post-truth. Media bukan hanya sebagai sarana penyedia berita melainkan juga mengemban peran sebagai penjaga kebenaran, media harus berkomitmen untuk menyajikan berita yang akurat dan terverifikasi dan memastikan informasi yang akurat sampai ke tangan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun