Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Merah Putih Tercabak-cabik Kembali: Catatan Pinggir Anak Bangsa Pinggiran

25 Agustus 2019   12:38 Diperbarui: 25 Agustus 2019   12:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saur manuk dua kelompok yang pastinya tidak memahami makna sebenarnya itu, terus saling berkumandang dan tak hendak pindah atau melalui masing-masing kelompok. Semua masih berada di posisi masing-masing. Kelompok saya terhenti di bagian Utara, sedangkan Kelompok Mas Abdul Hadi terhenti di sebelah Selatan.

"Yang ikut Ka'bah masuk sorga," salah seorang kelompok saya tiba-tiba berteriak dengan sangat keras. "Beringin temannya jin dan syetan..."

Teriakan itu tampaknya memicu emosi kelompok Mas Abdul Hadi. Secara serentak sekitar 10 orang dari kelompok itu tiba-tiba bergerak menghampiri kelompok saya. Pergerakan berlawananpun dilakukan oleh sebagian dsri kelompok saya. Mereka kemudian bertemu dalam jarak yang sangat dekat, hampir terjadi pertengkaran, tetapi belum terjadi pertengkaran. Mereka masih dengan geram saling berteriak hingga akhirnya terdengar suara lantang dari Kelompok Mas Abdul Hadi.

"Ka'bah taek..."

Suara itu nampaknya memicu emosi keberagamaan kelompok saya karena kiblat masjid dianggap kotoran yang tak berharga. Mungkin itu diluar duganaan, sebab kami sama-sama beragama Islam.

"Kafir kamu telah menghina kiblat..." Begitu salah satu dari kami menjustifikasi kesalahannya.


"Kamu yang menghina duluan.."

Ntah bagaimana mulanya, setelah perdebatan tak terelakkanlah pertengkaran itu hingga tangan saya ikut terbakar oleh obor yang dibawa oleh salah satu anggota kelompok Mas Hadi.

Kasus seperti begini tampaknya tidak hanya terjadi di desa Ganjaran pada tahun itu saja. Pada 1997 di Banjarmasin bahkan pernah teejadi konflik sosial disebabkan pemilu dan memakan banyak sekali korban.

Itulah sebabnya, belakangan saya baru tahu bahwa tampaknya konflik di antara dua kelompok anak muslim beda aliran partai yang terjadi di Ganjaran itu hanya gambaran kecil dari cobak-cabiknya Sang Saka Dwi Warna, Indonesia. 

Banyak kabar tentang terjadinya perkelahian dan pembunuhan. Akan tetapi, karena masa itu surat kabar dan mass media lainnya tidak sebebas saat ini, berita seperti itu hanya didengar dari mulut ke mulut, atau ada telegram dan kiriman surat yang mengabarkan terjadinya pertikaian beda politik, tapi sama agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun