Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sego Jangan Kajian Teks Kalangan Santri: Antara Tersurat dan Tersirat

22 Agustus 2019   16:23 Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:12 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mau'idhah Hasanah Romo Yai Jamal | dokpri

Kajian teks dipesantren sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan menjadi sego jangan (makanan harian).  Itulah sebabnya, para santri tak terkejut dengan adanya diskusi kajian teks itu. Kalaupun ada jeterkejutan akademik, biasa hanya sebatas istilah semata. Kala santri sudah mengenal istilah yang baru, santri akan mampu mengelaborasikan lebih luas lagi dengan secara mudah, karena itu sudah sego-jangan.  Kajian teks semacam itu, juga akan tampak kebpermukaan ceramanpara kyai.

Neng Ifa dan Gus Najih Didampingi Ibundanya, Dr. Neng Syafiyah | dokpri
Neng Ifa dan Gus Najih Didampingi Ibundanya, Dr. Neng Syafiyah | dokpri

Dalam kesempatan mau'idhah hasanah (pesan kebaikan) acara mantenan Neng Ifa dan Gus Najih, Romo Yai Jamal juga sempat melakukan kajian teks semacam itu.

Dalam kesempatan itu, Romo Yai melakulan kajian atas Kitab Almukhtar min Kalamil Akhyar, karya Sayyid Muhammad bin Aliy bin Maliki al-Hasaniy.

"Ada tiga kalimat yang menarik," kata Romo Yai memulai, "إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءَ الدِّمَنِ , hanya tiga kalimat."

Tiga kalimat yang dimaksudkan Romo Yai, ialah hadits أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الْأَصْبَهَانِيُّ، أبنا أَبُو سَعِيدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَحْمَدَ الْفَقِيهُ التُّسْتَرِيُّ، بِهَا، وَأَبُو عَبَّادٍ ذُو النُّونِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَامِرٍ التُّسْتَرِيُّ الصَّائِغُ قَالَا: ثنا أَبُو أَحْمَدَ الْحَسَنُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ اللُّغَوِيُّ الْعَسْكَرِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الزَّعْفَرَانِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ الْخَلِيلِ، ثنا الْوَاقِدِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ سَعِيدِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي وَجْزَةَ يَزِيدَ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءَ الدِّمَنِ» . Hadits ini sejauh saya cari, hanya terdapat dalam kitab مسند الشهاب ., yang ditulis oleh أبو عبد الله محمد بن سلامة بن جعفر بن علي بن حكمون القضاعي المصري .

Romo Yai menjelaskan bahwa pendapat Sayyid Muhammad bin Alwiy al-Malikiy al-Hasaniy bahwa makna dari tiga kalimat tersebut, ada dua makna. Makna tertulis dan makna yang tidak tertulis. Makna yang ditulis artinya bahwa di Timur Tengah terdapat hewan-hewan yang di padang pasir. ada beberapa jenis hewan di sana. Karena banyak hewan, maka banyak kotoran hewan yang terkumpul karena dibawah oleh angin. setelah terkumpul, maka terkena hujan dan pasa akhirnya bermunculan tanaman-tanaman yang hijau. Itu yang dimaksudkan dengan خَضْرَاءَ الدِّمَنِ .  Hijau-hijauan seperti itu yang secara tekstual dan tersurat harus dihindari. 

Selain dari arti tersurat, kata Mbah Yai, ada makna tersirat. Makna tersirat itu adalah tentang anak-anak yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Wajahnya menggambarkan berbagai turunan, kayak orang India, Amerika, dan lain-lain. Di Indonesia banyak gadis yang cantik-cantik dan remamaja yang tampan-tampan. Akan tetapi, keturunannya tidak jelas. Itulah yang harus dihindari.

Analisis makna teks seperti di atas, biasanya dilanjutkan dengan kajian-kajian kebahasaan juga. Pada kali itu, Romo Yai menghubungkan kajian makna teks yang disampaikan tadi dengan dawuh Mbah Yai Maimun Zubair (Mbah Moen). 

Ingatlah bahwa buruknya air adalah karena buruk tanahnya # seperti halnya buruknya sebuah kaum karena buruknya sejarah leluhurnya

Ingatlah bahwa baiknya air adalah karena baik tanahnya # sebagaimana baiknya kaum karena baik sejarah leluhurnya

Tanah kalau buruk, jika dilakukan pengeboran maka hasil airnya juga akan buruk. Begitu juga sebuah kaum bergantung pada kebaikan leluhurnya.

Selanjutnya, kajian seperti itu dilanjutkan dengan kajian kontekstual. Pendekatan historis biasanya menjadi pilihan untuk menjadi penguat makna konteks. Dalam kerangka kajian konteks, kallangan santri lebih suka mengambil cerita-cerita yang ada pada hadits, bukan diambil dari kitab-kitab sejarah. Maka.. atas keraguan apakah santri diberi beasiswa...? Wallahu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun