n dalam persuasi kepada remaja adalah resistensi terhadap pesan yang dirasa membatasi kebebasan mereka. Remaja cenderung menolak pesan yang disampaikan secara otoriter. Dalam psikologi komunikasi, ini disebut reaktansi psikologis. Untuk mengatasinya, pesan harus disampaikan secara dialogis, partisipatif, dan memberi ruang kepada remaja untuk memilih. Contohnya, kampanye yang mengajak remaja berdiskusi, membuat konten, atau terlibat aktif dalam kampanye memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Pemberian pilihan dan penghargaan terhadap pendapat mereka membuat pesan terasa lebih inklusif dan personal.
Kesimpulan
Komunikasi persuasif merupakan alat yang sangat kuat dalam memengaruhi perubahan sikap remaja, terutama jika disesuaikan dengan aspek psikologis dan sosial mereka. Strategi yang efektif adalah strategi yang menyentuh aspek kognitif, afektif, dan konatif secara seimbang, menggunakan komunikator yang kredibel, dan mempertimbangkan konteks sosial remaja. Selain itu, komunikasi harus bersifat partisipatif dan tidak menggurui agar menghindari reaktansi psikologis. Dengan pendekatan yang tepat, komunikasi persuasif tidak hanya mampu mengubah sikap, tetapi juga membentuk perilaku remaja ke arah yang lebih positif dan konstruktif.
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin, R. (2017). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI