Regulasi sering menjadi hasil kompromi politik antara berbagai kepentingan. Perusahaan besar dan asosiasi profesi sering melakukan lobi untuk menolak atau menunda standar baru yang dianggap tidak menguntungkan. Contohnya, perdebatan panjang antara fair value accounting dan historical cost. Fair value dianggap lebih relevan karena mencerminkan kondisi pasar terkini, tetapi juga menimbulkan volatilitas tinggi. Sebaliknya, historical cost lebih stabil namun kurang relevan dalam kondisi ekonomi modern. Hasil akhirnya sering kali bukan standar terbaik secara teknis, tetapi jalan tengah politis yang dapat diterima oleh banyak pihak.
4. Biaya Regulasi dan Trade-off Ekonomi (How)
Meskipun regulasi memiliki manfaat besar, penerapannya tidak bebas biaya. Setiap aturan baru membawa biaya kepatuhan (compliance cost) bagi perusahaan, antara lain:
- Audit yang lebih kompleks dan mahal.
- Sistem akuntansi yang harus diperbarui sesuai standar baru.
- Kebutuhan pelatihan tambahan bagi staf keuangan.
Perusahaan besar biasanya mampu menanggung biaya tersebut, tetapi bagi perusahaan kecil, beban regulasi bisa sangat berat. Oleh karena itu, pembuat kebijakan harus melakukan analisis cost-benefit sebelum menerapkan regulasi baru.
Manfaat regulasi sering kali bersifat jangka panjang, seperti peningkatan kepercayaan publik dan efisiensi modal. Namun, biayanya muncul segera. Tantangannya adalah menemukan keseimbangan (trade-off) antara transparansi dan beban kepatuhan agar regulasi tidak menekan daya saing perusahaan.
5. Kerangka Konseptual dan Regulasi Formal (What & How)
Kerangka konseptual akuntansi memberikan panduan prinsip dasar dalam penyusunan standar, seperti tujuan pelaporan, karakteristik kualitatif informasi (relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami), dan struktur laporan keuangan. Namun, kerangka konseptual bersifat abstrak, sehingga perlu diterjemahkan menjadi regulasi formal agar dapat diterapkan secara konsisten di dunia nyata.
Hubungan antara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut: