Konsep seperti implikatur, presuposisi, dan deiksis adalah inti dari pragmatik. Kita belajar bahwa memahami bahasa tidak hanya soal kata-kata yang diucapkan, tapi juga bagaimana kata-kata itu digunakan dalam situasi tertentu.
Pragmatik sangat penting dalam komunikasi lintas budaya. Perbedaan konteks sosial bisa menyebabkan kesalahpahaman jika kita tidak memahami aturan tak tertulis dalam percakapan. Dengan mempelajari pragmatik, kita menjadi komunikator yang lebih peka dan efektif.
Sosiolinguistik: Bahasa dan Identitas Sosial
Bahasa mencerminkan masyarakat. Sosiolinguistik mempelajari bagaimana bahasa dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelas, gender, usia, latar belakang budaya, dan status sosial.
Kita bisa melihat fenomena code switching (berpindah antar bahasa) dan code mixing (mencampur dua bahasa dalam satu kalimat) dalam komunikasi bilingual di Indonesia. Contoh sederhana: “Tadi aku meeting sama bos, terus langsung lanjut Zoom class.” Kalimat ini menunjukkan pengaruh globalisasi dan gaya hidup profesional.
Selain itu, sosiolinguistik juga membahas jargon dan register. Misalnya, kata BPJS, landing page, atau rempong adalah contoh dari penggunaan kata-kata yang menunjukkan identitas kelompok tertentu. Bahasa digunakan bukan hanya untuk menyampaikan pesan, tapi juga membentuk solidaritas sosial.
Mengapa Penting Mempelajari Ini Semua?
Ketiga cabang ilmu ini—morfologi, pragmatik, dan sosiolinguistik—membentuk fondasi pemahaman terhadap bahasa secara menyeluruh.
Morfologi membuat kita memahami bagaimana kata dibentuk dan makna ditransmisikan secara struktural.
Pragmatik mengajarkan bahwa makna tidak selalu ada dalam kata-kata, tapi dalam niat dan konteks.
Sosiolinguistik menunjukkan bahwa bahasa adalah alat sosial, yang berperan dalam membentuk dan mencerminkan identitas kelompok.