Suasana kampus akhir pekan ini terasa berbeda dari biasanya. Sorak sorai, dentuman musik tradisional, dan riuh tepuk tangan bergema dari halaman utama universitas. Warna-warni pakaian adat, aroma kuliner khas daerah, dan irama tarian dari berbagai penjuru Nusantara menyatu dalam satu acara bertajuk "Pentas Seni Nusantara" yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa.
Acara ini bukan sekadar hiburan kampus biasa. Lebih dari itu, ini adalah panggung ekspresi budaya dan bentuk nyata dari semangat persatuan dalam keberagaman. Bertemakan "Satu Panggung, Seribu Budaya", pentas seni ini menghadirkan berbagai pertunjukan dari mahasiswa lintas daerah, sebuah perayaan budaya yang menggugah rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki bahasa, pakaian adat, seni musik, tarian, dan cerita rakyat yang unik. Dalam acara ini, seluruh keberagaman tersebut hadir dalam bentuk yang menghibur sekaligus mendidik.
Berbagai kelompok mahasiswa menampilkan seni khas daerah masing-masing. Ada tari Saman dari Aceh yang tampil dengan lincah dan kompak, tari Jaipong dari Jawa Barat yang memikat, Reog Ponorogo yang megah dan berenergi, serta tarian Cendrawasih dari Bali yang anggun dan penuh makna. Bahkan, tidak ketinggalan drama teatrikal yang mengangkat cerita rakyat Minangkabau dan musik kolaboratif antara angklung, gamelan, dan instrumen modern.
Menariknya, semua persiapan dilakukan oleh mahasiswa sendiri, mulai dari konsep acara, latihan rutin, desain panggung, hingga penggalangan dana. Semangat gotong royong begitu terasa selama berminggu-minggu menjelang acara. Mereka berlatih sepulang kuliah, membuat kostum secara mandiri, dan menghias area acara agar terasa seperti "mini Indonesia".
Salah satu penampil Salah satu penampilan yang paling menyita perhatian penonton adalah Tari Gambyong dari Jawa Tengah. Tarian ini dibawakan dengan penuh kelembutan oleh sekelompok mahasiswi  perempuan yang mengenakan kain batik dan kebaya khas Solo. Gerakan tangan yang anggun, pandangan mata yang lemah gemulai, serta iringan gending Jawa menciptakan suasana yang khidmat dan elegan di tengah hiruk pikuk acara.
Tari Gambyong dikenal sebagai tari penyambutan dalam tradisi Jawa dan sering ditampilkan di acara-acara resmi keraton. Dalam pentas ini, kehadiran Tari Gambyong menjadi simbol penghormatan terhadap tamu dan juga bentuk pelestarian budaya Jawa yang kaya nilai filosofi.
Tidak hanya penampilan seni, acara ini juga menghadirkan bazar makanan daerah. Pengunjung bisa mencicipi lemang, papeda, pempek, gudeg, hingga kue lapis khas Ambon. Semua dibuat sendiri oleh mahasiswa yang ingin memperkenalkan kekayaan kuliner dari kampung halaman mereka.
Antusiasme mahasiswa dan pengunjung umum terhadap acara ini sangat tinggi. Halaman kampus dipenuhi penonton dari pagi hingga malam. Banyak yang mengabadikan momen penampilan dengan kamera ponsel mereka, lalu mengunggahnya ke media sosial. Unggahan-unggahan ini pun membantu acara semakin dikenal luas.
Tak hanya itu, pihak universitas juga memberikan apresiasi besar terhadap acara ini. Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Hendra Nugraha, menyampaikan, "Ini adalah contoh luar biasa dari inisiatif mahasiswa. Pentas seni seperti ini bukan hanya hiburan, tapi juga sarana edukasi dan penguat karakter kebangsaan."