Lalu bagaimana dengan demo yang terjadi di negara-negara maju? Apakah relatif lebih tertib karena SDM di sana lebih berkualitas atau justru sama saja?, faktanya demonstrasi di negara-negara maju juga sering berujung kerusuhan.Â
Meskipun frekuensi dan konteksnya mungkin berbeda dengan Indonesia, data global menunjukkan bahwa protes dan kerusuhan (kekerasan kolektif) adalah tren global yang meningkat di seluruh dunia.Â
Termasuk di negara-negara maju (sering disebut sebagai negara "Barat" atau memiliki institusi demokrasi yang kuat), contohnya Amerika Serikat dicatat sebagai salah satu negara yang paling sering  terjadi demo besar.Â
Protes seringkali berujung kekerasan dan konflik, seperti aksi Black Lives Matter (2020) protes terhadap rasisme dan kebrutalan polisi ini di berbagai kota diwarnai dengan kerusuhan.Â
Rehia Sebayang Jurnalis CNBC Indonesia menjelaskan, pada Minggu 27 Oktober 2019, demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah terjadi di Hong Kong.Â
Aksi protes ini dipicu oleh penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi sejak Juni, sering diwarnai bentrokan antara demonstran dan polisi setiap akhir pekan.Â
Seperti dilaporkan oleh South China Morning Post dampak dari protes yang berlarut-larut ini, adalah kekacauan ekonomi di wilayah China tersebut.Â
Banyak bisnis menderita kerugian karena terpaksa tutup selama demo bahkan dikhawatirkan ekonomi Hong Kong terancam memasuki resesi, demo besar tidak hanya melanda Hong Kong tetapi juga terjadi di beberapa wilayah Amerika dan Eropa selama 2019.Â
Di Inggris krisis politik yang disebabkan keputusan Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa), memicu puluhan ribu warga turun ke jalanan London untuk menuntut kejelasan kepada pemerintahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI