Ketika masyarakat merasa institusi resmi (pemerintah dan hukum) tidak lagi mewakili atau menyelesaikan masalah mereka secara efektif legitimasi institusi tersebut menurun, hal ini mendorong kelompok masyarakat untuk memilih jalur protes di luar mekanisme formal.Â
Hal ini berpotensi memunculkan aksi yang lebih militan dan keras, selain itu kehadiran provokator atau penyusup yang memiliki agenda tertentu (bukan tujuan utama demonstran).Â
Dapat secara sengaja melakukan tindakan kekerasan atau destruktif, sehingga memicu bentrokan dan mengubah sifat aksi menjadi anarkis.Â
Dalam kerumunan massa kekerasan bisa menular melalui mekanisme imitasi atau teori pembelajaran sosial, ketika satu atau dua orang dalam massa kelompok demonstran melakukan tindakan rusuh dan agresif maka yang lain akan meniru.Â
Mengutip dari Kumparan Hasse J Pengamat Politik Univeristas Muhammadyah Yogyakarta, pernah melakukan penelitian tentang kecenderungan anarkisme.Â
Dalam demonstrasi mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, risetnya di tahun 2012 yang berjudul 'Anarkisme Demonstrasi Mahasiswa: Studi Kasus Pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar'.Â
Hasse mencatat bahwa mahasiswa di universitas tersebut sering melakukan tindakan kekerasan seperti menutup jalan, membakar ban, dan menyerang mobil pemerintah.Â
Akibatnya Hasse menyebutkan bahwa demonstrasi Mahasiswa UIN Alauddin menunjukkan tren kekerasan yang paling cepat, ini membuat publik Makassar memberi stigma negatif kepada mereka.Â
Hasse menyimpulkan kekerasan muncul, karena pemerintah sering mengabaikan aspirasi yang disuarakan, menurutnya mahasiswa merasa kekerasan merupakan cara yang efektif agar aspirasi mereka didengar.
Â
Demo di Negara Maju