Sejak awal merdeka Malaysia memiliki fokus kebijakan yang kuat untuk mengembangkan infrastruktur fisik dan sosial, terutama pendidikan dan kesehatan yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan produktivitas tenaga kerja.Â
Meskipun Indonesia juga melakukan hal serupa, skala dan kompleksitas geografisnya yang besar menjadi tantangan tersendiri.Â
Pemerintah Malaysia secara agresif mengimplementasikan kebijakan untuk mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada komoditas karet dan timah, ke sektor industri manufaktur dan jasa.Â
Komaidi Notonegoro Direktur Eksekutif ReforMiner Institute sekaligus Dosen Ekonomi Universitas Trisakti menjelaskan, Malaysia menarik investasi asing langsung (FDI) dalam jumlah besar dengan menawarkan infrastruktur yang mendukung.Â
Mereka berhasil menjadi pusat manufaktur global untuk produk-produk elektronik, semikonduktor, dan komponen teknologi tinggi lainnya.Â
Kebijakan ini menciptakan lapangan kerja dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan meningkatkan ekspor, selain manufaktur pemerintah juga berfokus pada pengembangan sektor jasa, seperti pariwisata, keuangan, dan pendidikan.
Contohnya Malaysia mempromosikan pariwisata kesehatan dan menjadi tujuan populer, bagi pasien dari negara-negara tetangga.Â
Tapi sama seperti Indonesia pemerintah Malaysia juga mengalokasikan anggaran besar untuk membangun infrastruktur yang modern dan efisien, seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara.Â
Proyek-proyek infrastruktur besar seperti Jalan Tol Utara-Selatan, Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), dan pelabuhan yang dikelola dengan baik sehingga sangat memfasilitasi perdagangan barang dan jasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI