Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Citayam Fashion Week dan Teori Kultivasi

22 Juli 2022   14:31 Diperbarui: 26 Juli 2022   15:11 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image From: Lifestyle - SINDOnews

Hal menarik lainnya adalah para remaja yang melakukan peragaan busana di kawasan Sudirman dan Dukuh Atas tersebut, kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke bawah hal ini seolah menunjukan perlawanan terhadap budaya konsumerisme atau pamer kekayaan yang biasanya ditunjukan oleh para kaum Borjuis di media sosial.

Akademisi sekaligus Pebisnis Prof. Rhenald Kasali, Ph.D juga ikut mengomentari fenomena Citayam Fashion Week, menurut beliau fenomena seperti ini pernah terjadi pada negara-negara lain salah satunya adalah Jepang dengan Harajuku Style-nya. Mengutip dari PikiranRakyat.com, Harajuku Style merupakan budaya fashion di Jepang yang ada di jalanan atau istilah kerennya street fashion sama seperti yang terjadi di Indonesia saat ini dengan dengan munculnya Citayam Fashion Week. 

Menurut Prof. Rhenald sejak fenomena ini muncul terjadi pro kontra di masyarakat, ada yang beropini bahwa kawasan SCBD (Sudirman) adalah daerah elit sekarang menjadi tempat pamer busana yang dianggap tidak pada pada tempatnya.

Ada juga yang tidak setuju karena banyak orang yang membuang sampah sembarangan jika tidak diawasi, kemdian beliau menjelaskan apabila kembali melihat sejarah Harajuku Style juga tidak terlalu digemari oleh orang-orang Tokyo, tapi begitu digemari oleh orang-orang pinggiran kota seperti Shibuya atau Yokohama. Sampai Harajuku bisa mendunia seperti sekarang bahkan menjadi salah satu kiblat fashion dunia, bukan karena digemari oleh orang kota tapi justru awalnya berkat orang-orang pinggiran kota hingga membuat tren Harajuku dikenal dunia. 

Professor lulusan Universitas Indonesia 1985 itu menilai mungkin saja Citayam Fashion Week akan menjadi Harajuku versi Indonesia, fenomena ini juga berdampak baik bagi ekonomi lokal karena para pedagan kopi keliling di kawsan tersebut bisa mendapatkan omzet Rp.700rb per-hari.

Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dra Rachmah Ida, MCom PhD menilai bahwa fenomena ini, merupakan bukti ketika anak-anak muda tidak mendapatkan ruang untuk berekspresi dalam budaya mainstream. Melansir dari laman resmi Universitas Airlangga Unair.ac.id beliau melihat anak-anak muda dari berbagai daerah, menggunakan kawasa Sudirman sebagai ruang publik yang selama ini tidak mereka dapatkan di media mainstream atau di kawasan yang terlalu elit. 

Kemudian Prof. Rachmah juga menjelaskan mengenai Dekonstruksi Tren Fashion, yakni tren busana yang selama ini didominasi oleh kalangan menengah ke atas kini bisa berubah dengan adanya fenomena Citayam Fashion Week ini. Anak-anak muda SCBD di Sudirman, berusaha melakukan dekonstruksi terhadap budaya fashion yang sealama ini terkesan terlalu mewah, dengan menyajikan fashion jalanan yang tidak kalah keren dengan fashion yang digunakan oleh kalangan atas.


Kesimpulan

Fenomena Citayam Fashion Week telah menjadi sorotan di media sosial tidak hanya ramai diperbincangkan oleh media Indonesia, tapi juga oleh media asing bahkan salah satu media fashion asal Jepang menyebut fenomena ini mirip dengan Harajuku di negara mereka. Banyaknya anak-anak muda khususnya remaja yang berkumpul di kawasan Stasiun Sudirman dan Dukuh Atas BNI dengan gaya berkapakaian yang nyentrik, berhasil membuat fenomena ini menarik perhatian publik. Teori Kultivasi menjelaskan mengenai pengaruh media komunikasi massa terhadap pola pikir dan perilaku khalayak, teori berasumsi bahwa khalayak akan dengan mudah menangkap pesan yang ditampilkan oleh media. Apalagi jika pesan tersebut berbentuk audio-visual, maka pesan tersebut akan membentuk pola pikir khalayak yang nantinya dilanjutkan dengan tindakan atau perilaku tertentu.

Teori Kultivasi muncul ketika terjadi perbedaan pandangan di antara para ilmuwan sebagian meyakini bahwa efek media sangat kuat terhadap masyarakat, sebagian lainnya meyakini bahwa efek media terbatas bagi masyarakat dengan kata lain tidak terlalu kuat. Fenomena Citayam Fashion Week merupakan salah satu bentuk nyata dari efek media sosial, sebagai media komunikasi massa yang dapat mempengaruhi tindakan dan perilaku khalayak. Bagaimana anak-anak muda dengan gaya berpakaian nyentrik, berkumpul di kawasan Sudirman untuk berekspresi dan menyalurkan hobi mereka kemudian menjadikannya konten, untuk disebarkan di media sosial yang pada akhirnya diikuti oleh banyak anak-anak muda lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun