Nama : Zahra ZahwaÂ
Nim 12405041040097
Kelas : 3C/ Manajemen DakwahÂ
Filsafat dakwah merupakan dasar berpikir dalam memahami dan mengembangkan aktivitas dakwah agar tidak hanya sebatas penyampaian ajaran agama, tetapi juga menjadi aspek penting: ontologis (hakikat dakwah), epistemologis (sumber dan metode), serta aksiologis (nilai dan tujuan). Melalui landasan inilah, dakwah mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang pada nilai-nilai ilahiah.
Pada era tradisional, dakwah dilakukan dengan pendekatan budaya dan kesenian. Walisongo menjadi contoh paling berpengaruh dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Mereka tidak memaksakan ajaran Islam secara kaku, melainkan menggabungkannya dengan budaya lokal. Sunan Kalijaga, misalnya, menggunakan wayang, gamelan, tembang, grebeg, dan sekaten sebagai media dakwah yang sangat efektif. Melalui pertunjukan budaya tersebut, ajaran Islam disampaikan dengan cara yang lembut dan mudah diterima masyarakat. Strategi ini membuat Islam tumbuh pesat di tanah Jawa tanpa menimbulkan konflik dengan tradisi setempat.
Sementara itu, di era modern dan digital, dakwah mengalami transformasi besar. Teknologi informasi membuka ruang baru bagi penyebaran nilai-nilai Islam melalui berbagai platform seperti YouTube, Facebook, blog, dan aplikasi web. Media sosial memungkinkan para da'i menjangkau lebih banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat. Dakwah digital menjadi lebih cepat, interaktif, dan mudah diakses kapan pun. Namun, kemajuan teknologi ini juga membawa tantangan, seperti kemerosotan moral, penyebaran hoaks, dan konten negatif yang dapat mengaburkan nilai-nilai keislaman.
Karena itu, pendakwah masa kini dituntut untuk kreatif, inovatif, dan profesional dalam menyampaikan pesan. Mereka tidak hanya perlu memahami ajaran agama, tetapi juga harus menguasai teknologi, komunikasi, dan psikologi masyarakat. Filsafat dakwah mengajarkan bahwa keberhasilan dakwah bukan hanya terletak pada isi pesannya, tetapi juga pada cara penyampaiannya yang menyentuh hati dan relevan dengan realitas sosial.
Pada akhirnya, dakwah baik melalui budaya tradisional maupun media digital  memiliki tujuan yang sama: menyebarkan kebaikan, memperkuat keimanan, dan membangun masyarakat berakhlak mulia. Filsafat dakwah menjadi panduan agar aktivitas dakwah tidak kehilangan arah di tengah perubahan zaman yang serba cepat dan kompleks. Dengan memadukan nilai spiritual dan kemajuan teknologi, dakwah Islam dapat terus hidup, dinamis, dan memberikan manfaat nyata bagi kehidupan umat manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI