"enggeh bang zeeee".
        Ba'da maghrib Reima pulang untuk ganti pakaian dan berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk pergi ke Setono sowan  bu.nyai yang diberitahukan oleh rekan anwar lewat chatt WA.
        "Arep nopo lho Rei... bu.nyai amma iku gak pati terkenal lho... wong hanya tetangganya yang tepang... masyarakat beda dusun wae mboten tepang." Ujar ibu Reima berdiri dipintu kamar Reima sambil memandang puterinya merias diri.
        "Dawuh bun... mboten wantun nolak". Jawab Reima sambil menggunakan lip cream pink vaselin dan kontur hidung warna coklat dan cream glossy tipis member efek mancung mengkilat pada hidungnya.
        "gurumu to?". Tanya bunda lagi, bunda tidak tau perihal keakrabannya dengan bang zee yang cukup lama itu. Dia takut ayahnya akan melarangnya keluar rumah untuk mengikuti berbagai organisasi, sebab dulu ada salah satu pengurus laki-laki Hazmi Muhammadiyah yang datang kerumah mengantar berkas dan ia sempat ditegur oleh ayahnya.
        "Pak dhemu.. Mbahmu.. iku berjonggo.. sliwar sliwer tamu katah, isin.. dikiro keluarga mriki anak-anak e gak weruh toto kromo seneng pacaran. Gantos wekdal jangan datang sendirian, minimal berdua po berlima ditambah cewek ben gak marai rasan-rasan. Nek mergi kewajiban mending organisasine libur wae." Nasehat bapaknya waktu itu. oleh karena itu, sekarang Reima lebih hati-hati memberi tau alamatnya. Kakek dan pak dhenya adalah seorang berjonggo, sosok dihormati dan dipercaya didesa dan wilayah tempat tinggalnya dalam pengambilan pencarian tanggal pernikahan seperti adat jawi kebanyakan, tukang ngrumat rumah, manten, dan beberapa adat-adat pernikahan lain. Banyak beberapa tetangga desa datang mempercayai beliau berdua untuk menangani upacara-upacara pernikahan. Kok memberitahu soal bang zee, tau bahwa Reima masih sering ngisi aisyah an di ke Muhammadiyahan saja mungkin sudah dikurung tidak boleh keluar rumah mungkin dia.
        "nggih bun". Jawab Reima singkat, sebab bang zee baginya adalah gurunya. Sesuai perkataan sahabat ali bin abi thalib aku adalah budak bagi orang yang mengajariku walaupun satu ayat.
        "ya Allah Reima nggak bohong kan?". Batin Reima. Sembari mengenakan jilbab coklat sesuai dengan outer coklat mudanya.
        "oh, wangsul jam berapa? Kalo sampe malam segera kabari kalo nginep njeh. Nanti bunda sampaikan ke bapak".
        "siap bun, Rei berangkat njeh". Ucap Reima kemudian mencium tangan bundanya.
        "ada uang bensin to Rei?". Tanya bunda menghentikan Reima yang sedang memakai helm bersiap.