Mohon tunggu...
Revolusi pikir id
Revolusi pikir id Mohon Tunggu... Guru

Penulis amateur

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kita ikut arahan dari pimpinan

1 April 2025   12:00 Diperbarui: 1 April 2025   13:56 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemimpin adalah sosok penting dalam organisasi. Ia menjadi tonggak utama dalam setiap pengambilan keputusan dan menjadi penanggung jawab dalam setiap kebijakan yang diambil oleh seluruh bawahannya. Dalam pemutusan sebuah kebijakan seorang pemimpin harus memahami berbagai aspek kehidupan anggotanya baik psikologi, sosial, budaya, tatanan masyarakat dan bahkan sebuah manajemen pengaturan keanggotaan agar semua berjalan dengan baik.
Dalam hal kepemimpinan, seseorang harus memahami dan memiliki berbagai kompetensi yang mendukung dalam proses pengambilan keputusan agar sesuai dengan visi misi organisasi. Semua dilakukan agar bisa berjalan lancar dan bida menyelesaikan kendala melalui komunikasi yang sesuai agar bisa mencapai jalan keluar. Salah satu hal yang harus dimiliki dan diamalkan oleh seorang pemimpin adalah konsep dan makna dari manajemen kepemimpinan dimana isinya bukan hanya teoritis tapi harus dilaksanakan secara praktis dan merasakan bagaimana manis pahitnya kepemimpinan itu. Supaya disaat Ia mengamalkan sebuah konsep, bisa memilah dan memilih  konsep yang cocok dan yang tidak. Tidak semua teori kepemimpinan bisa diterapkan dalam tatanan keorganisasian karena ada perbedaan kultur, psikologi, sosial, budaya dan lainnya yang mendukung perbedaan individu dari setiap wilayah.

Pemimpin adalah manusia merdeka yang memiliki harapan berupa visi misi yang jelas selama menjabat. Ada pemimpin yang otokratis, demokratis, transaksional dan lainnya. Semua gaya kepemimpinannya itu bagus tergantung siapa yang menahkodainya. Tak ada gaya kepemimpinan yang salah namun yang salah adalah pemimpinnya karena Ia membawakan gaya tersebut di situasi, kondisi dan lokasi yang bukan tempatnya. Seperti contoh otokratis dibawakan dalam kerajaan, mereka banyak yang hidup makmur contohnya Arab Saudi  namun bila salah membawa maka Korea Utara, Mali adalah salah satu contohnya.

DEMOKRASI dan OTOKRASI
Negara Demokrasi memiliki kewenangan penuh dari rakyat dan segala pengambilan keputusan terbuka dan mengedepankan musyawarah tuk mencapai mufakat  yant berjalan dengan aktif tanpa da intimidasi atau ancaman dari berbagai pihak namun kelemahannya dari sistem demokrasi yaitu dalam pengambilan keputusan agak alot karena mengedepankan kesepakatan bersama dari berbagai pemangku kepentingan yang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda-beda. Tapi hal yang harus kita ingat dan fahami adalah pemimpin itu manusia yang memiliki ego dan pemimpin pun dibekali dengan hak yang melekat pada dirinya yaitu hak prerogatif yang tak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Hak ini bersifat mutlak dan istimewa yang tak mampu dibantah selama hal tersebut tidak bertentangan dengan agama dan konstitusi -walaupun sebetulnya bisa dimainkan juga.
Pemimpin harus punya egosentris tuk menyesuaikan visi misi yang telah direncanakan. Egosentris disini bukanlah sebuah otoriter namun sebuah jalan atau posisi agar tidak diperdaya dan dipermainkan oleh pihak tertentu tuk mengambil sebuah keuntungan. Tapi apalah daya teori tak pasti sejalan dengan realita egosentris dan hak prerogatif dijadikan tameng tuk lawan cercaan oposisi dan dijadikan alat untuk mencapai tujuan karena sudah gila pada kekuasaan. Kondisi tersebut ternyata membuat demokrasi semakin lemah dan melanggengkan otoriter agar semua tunduk.

Tamu di negeri sendiri

Demokrasi pun memudar, maka otokratis menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan tanpa seorangpun yang mampu menggoyahkannya
"Siap Ndan" menjadi ucapan paling sering dikatakan oleh bawahan dan tim kepercayaan sang pimpinan. Ia sudah mampu membuat keputusan semaunya, ada bawahan membuat kebijakan semau dewek maka Ndan langsung ambil alih dan batalkan. Segala kebijakan harus didiskusikan dengan Ndan agar bisa membela kepentingan rakyat dan rakyat menjadi sejahtera, entahlah rakyat yang mana-berseragam, berdasi, atau darah daging.  
Setelah beberapa waktu ternyata semua dengan cepat disejahterakan baik si pengguna seragam rapi, si dasi merah maupun si darah daging tapi satu golongan yang sulit sejahtera yaitu di rakyat jelata yang menghadapkan Ndan memberi sebutir nasi. Mereka seakan kaum terpinggirkan di negeri sendiri, merek dilupakan dan diasingkan selama lebih dari 4 abad. Ternyata kemerdekaan bukanlah awal dari kebebasan tapi malah hanya berbeda server dalam penjajahan. Asalnya dijajah secara fisik ekonomi dan politik tapi sekarang dijajah melalui ekonomi dan politik yang membuat fisik mereka kering tak bersisa tanpa di siksa secara langsung karena 'Ndan' akan membungkam suara siapapun yang berteriak "merdeka". Dengan posisi yang tinggi Ia mampu membunuh tanpa menyentuh karena posisinya sudah kebal terhadap penegakan hukum.

Dia punya berbagai kebijakan Unik dengan ketentuan anti kritik dari siapapun baik rakyat maupun pejabat. Semua orang takut pada Ndan karena bisa saja posisinya hilang ataupun raga nya lenyap entah kemana. Sepenggal kisah di zaman sekitar 50 tahun lalu ternyata kaum oposisi dan kritis termasuk kaum mahasiswa dan intelek dibungkam dan babak belur untuk melenggangkan kepentingannya. Alih-alih menyatukan berbagai golongan dari berbagai strata sosial malah makin membuat ruwet suasana negeri ini dengan hal-hal yang menyesakkan hati. Golongannya mendominasi dan membuat babak belur siapapun yang melanggar perintahnya.

Dengan jawaban "siap Ndan" semua akan berjalan dengan senyap dan aman terkendali karena Ia membuat cara dan gaya baru dalam kepemimpinannya. Semuanya di seting sedemikian dupa agar semua aspek kehidupan berjalan sesuai dengan titah Ndan yang maha mulia.

Otokratis ternyata seindah ini. Ndan tak menyangka bahwa mengepakkan sayap yang sang patriak sebutkan ternyata senikmat ini. Dahulu saat jadi oposisi, merasa bahwa Ndan yang paling tersakiti karena Ia tak diberi kebebasan dan sangat sulit untuk menerima semua harapnya. Tapi hari ini Ndan merasakan apa yang sang patriak rasakan dan akan meneruskan perjalanan sang revolusioner agar masa depannya cerah.
Cukup perintahkan anak buah dengan imbalan sedikit dan bila sudah terdengar gemuruh "siap Ndan" maka bukan hanya alam, Tuhan pun harus tunduk pada titahnya

 Senjata yang tak bisa dipakai debat

Disaat Ndan sudah berkecimpung dengan berbagai kebijakan kotornya, maka semua sudah apatis dengan harap-harapnya. Angan hanya sebatas angin yang seiring berjalannya waktu akan lupa bahwa pernah memiliki nasa depan yang cerah namun apalah daya masa depannya sudah direnggut oleh senjata yang tak bisa diajak kompromi, dialog dan bahkan sekedar mengutarakan keluh kesah. Senjata laras panjang atau hanya sebatas pisau runcing yang biasa digunakan tuk memasak bisa jadi senjata mematikan dan tak bisa diajak berdebar tanpa mencermati makna dari perdebatan.

Apakah sipil punya senjata?
Senjata sipil hanya sebuah mulut tul bersuara dan jari tuk mengetik dan sekedar menulis  yang sama sekali  tak bisa disandingkan dengan senjata-nya karena perbedaan jauh dari segi fungsi dan efek.

Senjata-Nya begitu canggih dan mampu merenggut kapanpun dan siapapun bila tak mampu lagi melawan dengan mulut. Senjata yang mampu menghujani mereka yang tak mampu membuat kesepakatan adil dalam sebuah forum. Mereka mampu membungkam suara dengan hanya sebuah gertakan dan todongan semata karena mulut yang mengeluarkan suara memang lebih mulia namun siapapun yang mengeluarkan lebih menakutkan dan membuat semua diam. Mereka mampu mengeluarkan peluru tanpa perlu sedikitpun mengeluarkan tenaga.

Senjata seperti revolver, senapan, dan pisau hanya pantas digunakan tuk ruang pertemuan dan pengamanan perbatasan tuk  "dor" pengacau tanpa perlu banyak perdebatan karena ya tugasnya seperti itu. Lantas bila digunakan pada ruang sipil yang penuh dialog, diskusi, perdebatan yang banyak mengandung cacian dan makian maka tidaklah layak hadir dalam ruang sipil karena tidaklah kompatibel dengan prinsip demokrasi yang mengedepankan persepsi dan dialog daripada eksekusi.

Kembalikan Jendral ke Barak

Tak ada salahnya seorang pemimpin berasal dari kalangan militer karena nyatanya mereka dididik dalam pendidikan tuk menjadi seorang pemimpin tapi ya catatan saja mereka memimpin di ruang lingkup spesifik bukan perlakuan spesial. Mereka memimpin dalam bidang keamanan, keterlibatan, militer sudah sangat cocok tapi bila disimpan dalam mengelola pangan, dapur dan politik bukan ranahnya loh Ndan.

Alih-alih membunuh hama yang menggangu tanaman malah menembak petani yang garap -tak ada yang tidak mungkin kalau Ndan sudah berkehendak. Tugas mereka hanya menjaga perbatasan, menganalisa kondisi pertahan, mengelola alutsista,   can paling banter diplomasi pertahanan negara. Mereka menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan rakyat di neger tercinta ini dengan berbagai resiko yang harus dihadapi. Kalau gak kau resiko ya jangan hidup. Di komen marah, di Demo ngamuk, di sentil malah nembak, apakah itu yang namanya penegak dan pengayom masyarakat. Bukannya membasmi para perusuh dan sampah negeri malah menjaga para koruptor dan tikus tikus kantor yang menggerogoti sang garuda yang tengah pincang.

Para jendral lebih suka ongkang ongkang kaki di kursi empuk sembari menyeduh kopi pahit kehidupan rakyat dan sedikit rasa manis dari janji pejabat. Setiap hari menikmatinya dengan berbagai tunjangan besar dari uang rakyat tuk keluarganya. Berbagai fasilitas mewah pun melengkapi nikmatnya kopi dipagi hari. Dengan setiap hari ongkang kaki, mereka sudah lupa akan idealisme yang diajar saat pendidikan. Sekarang semua hanya dinamis saja, ada yang ngajak korup ya hayu, ada yang ngajak perang ke rakyat ya paling depan -masalah konsekuensi dan hukum bisa di nego lah-, jaga sabung ayam pun hayu apalagi ada pelicin lebih seru.  Sudah lupa bagaimana tugasnya tuk lindungi rakyat apalagi medan perang yang mungkin merenggut nyawa.

Kebijakan baru dan aturan baru membuat jenderal makin nikmat dengan kursinya dan pemasukannya yang tiada henti dari berbagai sampingan tuk memuluskan kondisi asalkan aman di mulut dan di rekening. Terkait tupoksi bisa diakali dengan rekrut para pakar yang penting punya bawahan aja, untuk kesuksesan itu milik pimpinan tapi masalah kegagalan maka siap bawahan harus dibuang. Seperti itu kiranya

Undang-undang dibuat bukan serta merta tuk para prajurit yang membawa senjata tuk membunuh lawan namun untuk melanggengkan para jenderal yang sudah hidup nikmat , posisi layak tanpa takut posisi mundur. Berbanding terbalik dengan para prajurit, mereka hidup pas-pasan, taruhan nyawa, ekspektasi keluarga tinggi dan bahkan ada yang rela jual sawah tuk siapa para jenderal sebagai aset satu-satunya tuk lolos seleksi dan tak sedikit diantara mereka kena tipu dan berakhir tak lolos.

Posisi yang terlampau bagus ini ternyata terlalu bebas dan overload di negeri ini karena setiap tahun jenderal baru di rekrut sedangkan jenderal tua tak ingin lengser. Dengan kondis tersebut sang Ndan membuat siasat agar Para jenderal tidak terlalu mencolok ongkang kaki, akhirnya mereka dimasukkan ke jabatan sipil yang katanya bisa lebih optimal dan lebih mampu mengelolanya. Alih-alih makin hebat, malah pilihan bodoh tersebut membuat semua orang makin meluap tak tahan dengan keadaan tersebut.
Harusnya penerimaan calon perwira dikurangi dan seleksi ketat agar bisa menjaga kondisi dan posisi tidak berlebihan. Dengan upaya yang katanya lebih aman malah lebih ruwet maka jenderal pun ikut sabung ayam tuk mengganti kesibukan ongkang kaki agar lebih bermakna dan mendapatkan si merah merona yang gepokan itu loh.  Maka kami harap jenderalmu kembali ke barak bukan pergi ke kursi rakyat.

Bersuara dengan tulisan
Create by Zamzam Muzamil

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun