***
Aku tak tahu, dari mana mulai menulis cerita hari ini untukmu.
Kau seperti ibu. Dua matamu tak sempat memandang raut wajah teduh seorang menantu. Dua telingamu tak akan terganggu oleh tangisan seorang cucu. Kedua tanganmu pun tak akan pernah mampu mengusap, menimang bahkan memeluk anakku.
Tapi, aku begitu ingin berucap kepadamu. Wajah anakku seperti wajah ibu.
Kemarin, anakku berlarian di ruang tamu. Dan, terhenti di bawah potretmu. Kau pasti tahu, kurasakan tatapan mata itu. Seperti tatapan mata ibu. Juga tatapan mataku.
Betapa deras inginku menghunjam anganku. Menggendong tubuh mungil itu dalam dekap eratku, sambil berkisah tentang derita perjuanganmu. Atau cerita kepahlawanan seorang ayah, yang hanya pernah kubaca di dalam buku-buku. Tapi, kisah itu bukan tentangmu.
Aku pun belum siap untuk memberikan satu jawaban dari sebuah pertanyaan anakku.
"Kau di mana?"
****
Hari ini, aku tak lagi menulis tentangmu. Tentang ibu. Atau tentangku.
Bentang langit tak akan mampu memberi tahu. Kedalaman laut pasti memilih bisu. Ketika anakku berdiri di pintu senja. Menitip tanya dalam doa.