Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bencana Gempa? Kenali Sumbernya agar Kita Siaga!

25 Januari 2021   15:16 Diperbarui: 26 Januari 2021   15:23 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapak kerusakan di Dusun Sarap Cilik, Klaten 28/05/2006 (sumber gambar: www.kompas.com)

Hingga hari ini, belum ditemukan rumus pasti untuk "memprediksi" titik dan kekuatan gempa yang akan terjadi.

Titik dan kekuatan getaran gempa baru bisa terlihat dan terukur "setelah terjadi". Karena kejadian yang tiba-tiba itu, maka banyak orang dilanda kepanikan. Idealnya, jika sudah mengenal daerah tempat tinggalnya, maka kepanikan itu akan sedikit berkurang.

Seorang ibu tak akan kesulitan mencari benda yang dibutuhkan di dapur, walaupun pada malam hari, dan dalam keadaan mati lampu. Kenapa? Alasan logisnya, sosok ibu pasti sudah mengenal posisi dan letak peralatan memasak di dapur.

Melengkapi dua artikel edukasi bencana gempa pada tulisan sebelumnya di Kompasiana, "Edukasi dan Simulasi Bencana, Melatih Reaksi Menjadi Aksi" (19/01/2021) serta "Telur Puyuh dan Batu Bata, Cara Mudah Mengenalkan Gempa untuk Anak Usia Dini" (22/01/2021).

Kali ini, aku berbagi tulisan mengenalkan Jenis dan pemicu gempa, ya?

ilustrasi titik-titik merah adalah gempa bumi akibat pergerakan tiga lempeng yang ada di Indonesia (sumber gambar: sains.sindonews.com/)
ilustrasi titik-titik merah adalah gempa bumi akibat pergerakan tiga lempeng yang ada di Indonesia (sumber gambar: sains.sindonews.com/)
Jenis dan Pemicu Gempa

Dalam bahasan sederhana, berdasarkan pemicunya, ada 2 jenis gempa.

Pertama. Gempa Tektonik.

Gempa ini dipicu oleh pergerakan lempeng bumi. Aktivitas itu bisa terjadi di darat, maupun di laut. Indonesia terletak di zona subduksi (Titik benturan) 3 lempeng bumi, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia.

Akibat pergerakan lempengan itu, ada yang bisa terlihat secara kasat mata, karena menjorok ke darat. Dikenal juga dengan nama "Patahan atau Sesar" yang menjadi penyebab gempa darat. Di Indonesia, setidaknya ada 8 patahan yang biasa dipelajari. (Baca di sini)

Ada 2 patahan yang terkenal. Di Pulau Sumatera, dikenal dengan "Patahan Semangko" berupa jejeran Bukit Barisan dari Aceh hingga Lampung. Di Pulau Jawa ada "Patahan Lembang" di Propinsi Jawa Barat.

Patahan itu selalu bergerak, walau tak kasat mata. Bisa semakin ke dalam, atau semakin naik. Ngarai Sihanok di Bukittinggi, serta barisan bukit bebatuan di Lembang, adalah contoh yang biasanya dijadikan objek penelitian tentang patahan.

Daerahku? Curup sebagai Ibukota Rejang Lebong, juga dilewati Patahan Semangko. Yang paling aktif "Sesar Musi". Letaknya memanjang dari Rejang Lebong, Kepahiang sampai desa Ulu Musi Sumatera Selatan. Sehingga masyarakat di daerahku pun sering merasakan gempa.

Gunung anak krakatau. letusan dahsyat 26/08/1883 menyebabkan gempa dan merenggut 36.417 jiwa (sumber gambar: www.kompas.com/)
Gunung anak krakatau. letusan dahsyat 26/08/1883 menyebabkan gempa dan merenggut 36.417 jiwa (sumber gambar: www.kompas.com/)
Kedua. Gempa Vulkanik.

Gempa ini dipicu oleh aktivitas Gunung Api. Indonesia memiliki 500 Gunung api. 129 buah merupakan gunung api Aktif, dan 70 buah di antaranya, sering meletus.

Jika menyigi id.wikipedia.org. sebaran gunung Api di Pulau Sumatera 30, Pulau Jawa 35, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 30, Pulau Maluku 16 dan Sulawesi 18 Gunung api.

Indonesia mengenal 2 kategori gunung api. Kategori Tipe A adalah gunung api aktif. Diukur berdasarkan sejarah letusan di atas tahun 1500 M. Contoh paling nyata adalah Letusan dahsyat Gunung Merapi tahun 2010.

Ada juga Ketegori Tipe B, jika sejarah letusannya di bawah tahun 1500 M atau tak tercatat. Gunung Toba di Sumatera Utara termasuk gunung api kategori ini. Ada juga yang menyebutnya gunung api purba karena kawah kaldera-nya sudah menjadi danau.

Bagaimana daerahku? Rejang Lebong memiliki 2 gunung api. Pertama. Bukit Kaba (1.952 Mdpl) adalah Gunung Api aktif tipe A. Dalam alur sejarah letusan besar terakhir Bukit Kaba tahun 1952. Di puncak Bukit Kaba, ada 2 kawah besar yaitu Kawah Mati dan Kawah Hidup.

Kedua. Bukit Daun (2.467 Mdpl) termasuk Gunung Api tipe B. Karena tak tercatat sejarah letusannya. Namun jika ada yang pernah ke Bukit Daun, akan tahu aktivitas Gunung ini. Ada sejumlah titik yang menyemburkan air panas dan membentuk telaga.

Orang di kampungku mengenalnya dengan sebutan "Telaga Tujuh Warna". Sebab berbeda warna. Belasan tahun lalu, saat terlibat dalam sebuah program kesiapsiagaan bencana, aku hanya bisa menemukan lima telaga. Itu pun nyaris 12 jam berjalan menembus belantara.

seorang Ibu dan reruntuhan rumah (27/05/2006) akibat gempa Bantul di Dusun Bondalem Bantul (sumber gambar: www.kompas.com/)
seorang Ibu dan reruntuhan rumah (27/05/2006) akibat gempa Bantul di Dusun Bondalem Bantul (sumber gambar: www.kompas.com/)
Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Pertama. Mencari tahu penyebab gempa. Umumnya, bila mengandalkan berita di media massa atau media sosial. Kita cenderung fokus pada berapa besar kekuatan magnitude (skala Richter) serta lokasi, kan?

Ada yang tak kalah penting. Yaitu jarak dan kedalaman. Semakin dekat jarak atau semakin dangkal pusat gempa dari lokasi. Akan semakin kuat dampak dan kerusakannya.

Sebagai perbandingan. Gempa di Talaud dengan kekuatan magnitude 7,1 SR (22/01/2021) dampaknya ringan, karena jaraknya 154 KM di tengah laut. Gempa di Bantul (26/05/2006) kekuatan magnitude 5,9 SR berjarak 25 KM dengan kedalaman 11,3 KM, telah merenggut ribuan jiwa.

Kedua. Mencari informasi dari sumber primer. Semisal situs BMKG atau BNPB jika terjadi bencana. Agar meredam isu-isu yang tak jelas dan tidak bertanggung jawab.

Ketiga. Tetap tenang. Biasanya, jika sudah tahu sumber gempa dan potensi kerusakannya. Maka akan tenang, dan tularkan ketenangan itu pada anggota keluarga, tetangga dan warga.

Keempat. Jika tahu di daerah rawan gempa, tetaplah siaga. Teruslah lakukan ini! Secara teori, semakin sering gempa, akan semakin bagus. Karena pelepasan energinya pelan-pelan. Apatah gempa Tektonik atau Vulkanik.

Ada yang secara bercanda bilang. Gempa dan letusan gunung api adalah upaya bumi menyelamatkan diri.

Dicontohkan, seperti seseorang yang memiliki bisul. Biasanya, akan demam jika bisul itu belum meletus. Namun tubuh akan kembali pulih, jika bisulnya sudah pecah.

Kunjungan Siswa dan guru di Stasiun Klimatologi Tangerang. Eduwisata seperti ini bermanfaat sebagai edukasi bencana (sumber gambar: www.bmkg.go.id/)
Kunjungan Siswa dan guru di Stasiun Klimatologi Tangerang. Eduwisata seperti ini bermanfaat sebagai edukasi bencana (sumber gambar: www.bmkg.go.id/)
Hayuk Jalan-jalan ke Stasiun BMKG dan Stasiun Vulkanologi!

Bengkulu memiliki stasiun BMKG di Kepahiang dan di Rejang Lebong ada Stasiun Vulkanologi dan Vulkanolog (Tenaga Ahli sekaligus Pemantau Gunung Api) yang terletak di Desa Sumber Urip. Berjarak 100 meter dari Pos 1 jika akan mendaki Bukit Kaba.

Jadi, Jika di daerahnya memiliki salah satu atau malah kedua stasiun ini (BMKG dan Vulkanolog), silakan jalan-jalan sambil mencari ilmu. Apalagi bagi anak sekolah. Sependektahuku, petugasnya bersedia dan cakap untuk berbagi pengetahuan.

Menggali pengetahuan bencana, adalah upaya mengurangi risiko yang ditimbulkan. Setidaknya dengan mencari tahu dari lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Beberapa tahun lalu, bersama teman-teman, aku memiliki jargon "Selamat dari Bencana adalah Hak Asasi Manusia".

Jadi? Jika terjadi gempa, tetaplah berusaha tenang dan siaga. Cemas? Itu manusiawi, namun ojo lebay, tah?

Curup, 25.01.2021
Zaldychan
[Ditulis untuk Kompasiana]

Taman Baca:

  1. Daftar Gunung Api di Indonesia
  2. Sejarah Gempa Darat Bengkulu
  3. Daftar Gempa Bumi di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun