Kedua. Menulis adalah investasi buat generasi berikutnya. Sehebat apa pun pemikiran yang ada, namun tak pernah ditulis. Seumpama meniup balon yang bocor. Tidak sia-sia, masih bisa berguna. Namun tak akan bertahan lama.
Ketiga. Menulislah! Para pendiri bangsa semisal Sukarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim dan masih banyak nama lain, adalah penulis! Apa pun latar belakang pendidikannya.  Dan ingat, masa itu pun belum marak kelas-kelas menulis online, kan?
Kukira, mereka juga belum begitu peduli dengan tata bahasa dan tata tulisan. Yang penting ide serta pemikiran tersampaikan.
Toh, menulis adalah media penyampaian ide hasil berpikir melalui tulisan. Harusnya, tata bahasa dan tata tulisan itu dibuat dan digunakan untuk memudahkan. Bukan sebaliknya, tah?
"Tapi, menulis itu susah!"
Jika ada yang berpikir seperti kalimat di atas. Aku ungkap satu rahasia. Oksigen, hidung dan paru-paru itu merupakan fasilitas gratis dari Tuhan. Tapi bernafas pun bakalan susah jika lagi flu! Iya, kan?
"Aku baru bisa nulis status dan puisi, Bang! Belum sanggup artikel. Berat!"
Tak masalah. Pastikan itu adalah hasil olah rasa dan olah pikir. Terus, hajar! siapa tahu, suatu saat akan jadi sebuah buku. Aduhaaay...
"Beri buku, bukan peluru" -Goerge Sicillia
Curup, 16.10.2020