Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa Sesungguhnya Keinginan Orangtua agar Diketahui Anaknya?

17 Juni 2020   21:59 Diperbarui: 19 Juni 2020   02:06 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepatu anak (sumber gambar : pixabay.com)

"Tunggu kau punya anak sendiri."

Kukira, dulu ucapan di atas hanyalah alarm yang terlalu dini berbunyi dari saudara-saudaraku. Kalimat itu lahir, karena acapkali aku ajukan "protes" terhadap sikap mereka, yang bagiku terlalu keras bagi dunia anak.

Aku menggunakan kata "seharusnya" kepada saudaraku. Setiap kali membela keponakanku menangis, karena tak mau makan sayuran. Atau berkecil hati gegara nilai rapor yang jelek, bahkan ada yang diusir dari rumah, sebab dimarahi orangtuanya karena bolos sekolah.

Saat itu, aku merasa berkewajiban untuk membela "hak keponakan" yang dirampas paksa. Aku menjadi "truk sampah" sekaligus "perisai" bagi mereka. Hingga, akupun meyakinkan diri menjadi pahlawan kebenaran dengan kalimat "seharusnya".

Setelah memutuskan menikah, kemudian memiliki anak sendiri. Kata "seharusnya" lenyap! Entah ke arah mana perginya.

Tiba-tiba, aku merasa dikejar oleh waktu. Aku merasa 'harus" memberikan perawatan serta perhatian yang lebih pada anakku. Setiap hari, kepalaku terisi dengan rencana-rencana yang harus kuajarkan dan kuingin anakku mengerti.

ilustrasi anak dan orangtua (sumber gambar : pixabay.com)
ilustrasi anak dan orangtua (sumber gambar : pixabay.com)
Ada rasa bahagia, saat usia 6-7 bulan, anakku sudah tumbuh gigi. Sebelum usia 1 tahun, sudah mulai lancar berjalan. Aku selalu antusias, mengajarkan berbagai nyanyian lagu anak yang aku hafal, saat anakku mulai belajar bicara.

"Tik..tik..tik..Bunyi hu?"

"Daaan!"

"Di atas Gen?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun