Kata "pambangkik" dimaknai sebagai orang yang membangkitkan. "Batang" di ranah Minang bisa berarti sungai besar, namun dalam istilah ini, biasa diartikan sebagai pohon. Dan kata "tarandam" bermakna terendam.
Secara lugas, bisa diartikan "sosok yang diharapkan membangkitkan pohon yang terendam". Coba saja membayangkan gelondongan pohon yang hanyut di sungai-sungai Kalimantan, terus diangkat. Bisa bayangkan? Susah, ya?
Namun, istilah itu tak hanya petuah, petatah dan petitih para tetua dalam lingkar budaya Minang yang memang kaya akan diksi pilihan serta makna. Akan selalu ada makna yang tersurat, tersirat maupun tersuruk. Aku tulis kiramologi ungkapan itu, ya?
Pertama. Pambangkik.
Sosok Pambangkik, tak musti berhulu pada figur sang menteri. Bisa saja pada keputusan dan kebijakan menunjuk orang-orang di sekitarnya, yang dianggap memiliki kapasitas serta visi yang sama.
Atau penyiapan perangkat peraturan, kebijakan atau sistem yang dipandang mampu mengakomodasi permasalahan yang selama ini terjadi di dunia pendidikan.
Kedua. Batang.
Sebelum membahas makna batang. Jika disatukan menjadi "batang tarandam", bisa bermakna beda. Artinya sungai yang terendam. Jika begini, tersuratnya adalah terjadinya banjir, pesan tersirat adanya kemampuan untuk memperbaiki situasi.
Balik lagi ke Batang, ya? Makanya hematku ini menjadi diksi terpisah bermakna pohon. Pohon terdiri dari akar, batang, dahan, ranting dan daun hingga bunga atau buah, kan? Artinya butuh kemampuan untuk menyigi masalah apa saja yang terjadi, kemudian menginventarisasi prioritas pemecahan masalah.
Ketiga. Tarandam.
Tarandam inilah dimaknai sebagai hasil inventarisasi masalah. Apakah yang terendam itu "di hulu" atau "di hilir"? Atau memang yang terjadi, terendamnya sejak dari hulu hingga ke hilir?