Gak percaya? Sila bisik-bisik senyap ke tetangga kiri dan kanan atau teman-teman perbankan.
Petuah orangtuaku kepada semua anaknya, "jika jadi PNS, bersyukurlah! Setidaknya tak kelaparan, karena ada yang ditunggu. Tapi, PNS gak bakalan kaya!" Nah, biar "kelihatan" kaya, pasti berurusan dengan pihak perbankan. Dan muaranya berhadapan dengan "potongan"!
Eh, ada juga temanku yang mau kaya dengan cara yang benar, bukan dari korupsi atau dari harta warisan. Tapi dari usaha sampingan. Salah satunya bidang pertanian.
Bakal kena dua kali, kan? Gaji dipotong, terus panen juga gagal! Eh, jika pun wacana itu terealisasi. Bisa dibayangkan kemampuan daya beli masyarakat?
Logika pasar sederhana yang aku mengerti. Ketika gajian atau cair tunjangan gaji 13 atau THR. Kebutuhan dan permintaan di pasar akan meningkat, kan? Maka dinamika pasar, akan kembali bergerak.
Lah, kalau "calon pembelinya" sudah gak punya uang, gegara habis dipotong dan bayar hutang? Hiks...
Akhirnya...
Pada momen seperti kutulis di awal, teman-teman yang bertani, tak banyak berharap pada "kehadiran" negara yang sibuk, di tengah-tengah keluhan mereka. Aku masih yakin dan percaya, mereka akan bertahan. Dan menerima sebagai garis kehidupan.
Begitu juga ketika negara diharapkan hadir di saat pandemi ini. Dan hadir dengan wacana "potong gaji". Aih, dampaknya tak hanya pada pemenuhan kebutuhan yang bersangkutan. Tapi akan meluas pada banyak aspek kehidupan yang lain, tah?
Jadi? Aku titip ujaran tentang kepemimpinan. "Adalah benar tugas pemimpin itu mencari solusi. Tapi bukan melukai!"
Curup, 09.04.2020