Alasan anak didik. Mereka melakukan kekerasan terhadap sesama, karena dendam pribadi, berebut pengaruh atau unjuk kekuatan, bisa alasan senioritas atau kelompok (gank). Â
Alasan melakukan kekerasan terhadap guru? Ternyata jawaban temanku, bukan tentang berat atau ringan hukuman, tapi rasa sakit hati dipermalukan guru.
Alasan Guru. Alasan utama tentu saja dengan niat mendidik dan menanamkan disiplin kepada anak didik. Namun, tak tertutup kemungkinan aksi dan reaksi itu akhirnya dilakukan "berlebihan".
Alasan orangtua. Orangtua melakukan kekerasan terhadap guru adalah ingin membela anaknya, karena dianggap menjadi korban kekerasan guru. Namun ada juga karena orangtua ingin tampak "berkuasa" Â di mata anaknya dan warga sekolah.
Pada posisi ini, ketiganya "berpeluang" untuk melakukan kekerasan, tah?
Terlepas dari apa sebab pemicunya dan siapa yang salah dalam kasus kekerasan. Kucoba mengurai kiramologiku, dengan pertanyaan lanjutan, mengapa peristiwa itu bisa terjadi?
Pertama. Secara mental anak tidak siap bersekolah. Acuan mulai bersekolah (SD) sekarang ini ada pada usia biologis yaitu 7 tahun atau kurang. Menurutku, masih banyak anak yang secara usia psikologis tak sesuai usia biologisnya.
Anak-anak belum bisa mandiri secara sederhana semisal berpakaian atau memakai sepatu sendiri. Anak belum dibekali sikap saat berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan cara menghormati dan menghargai kekurangan, kelebihan atau perasaan orang lain. Atau malah tak tahu cara menghormati milik orang lain.
Yang penting, bila usia cukup dan orangtua mampu membiayai, anak bisa bersekolah. Bagaimana jika persiapan mental ini terabaikan? Perlahan, sekolah menjadi penjara suci bagi anak.
Kedua. Mental guru tidak siap. Tak bermaksud jahat. Parametrik guru sekarang memiliki ijazah keguruan, lulus berbagai test administrasi (CAT bagi PNS), serta memiliki kemampuan mengajar di depan kelas.
Jejangan, masih ada guru yang tak bisa membedakan antara mendidik dan mengajar. Yang penting sampaikan bahan ajar di kelas. Tugas selesai!