Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Ketidaksiapan Mental, Pemicu Aksi Kekerasan di Sekolah?

17 Februari 2020   16:09 Diperbarui: 17 Februari 2020   19:10 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Alasan anak didik. Mereka melakukan kekerasan terhadap sesama, karena dendam pribadi, berebut pengaruh atau unjuk kekuatan, bisa alasan senioritas atau kelompok (gank).  

Alasan melakukan kekerasan terhadap guru? Ternyata jawaban temanku, bukan tentang berat atau ringan hukuman, tapi rasa sakit hati dipermalukan guru.

Alasan Guru. Alasan utama tentu saja dengan niat mendidik dan menanamkan disiplin kepada anak didik. Namun, tak tertutup kemungkinan aksi dan reaksi itu akhirnya dilakukan "berlebihan".

Alasan orangtua. Orangtua melakukan kekerasan terhadap guru adalah ingin membela anaknya, karena dianggap menjadi korban kekerasan guru. Namun ada juga karena orangtua ingin tampak "berkuasa"  di mata anaknya dan warga sekolah.

Pada posisi ini, ketiganya "berpeluang" untuk melakukan kekerasan, tah?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Mungkinkah Ketidaksiapan Mental, jadi Pemicu Kekerasan di Sekolah?
Terlepas dari apa sebab pemicunya dan siapa yang salah dalam kasus kekerasan. Kucoba mengurai kiramologiku, dengan pertanyaan lanjutan, mengapa peristiwa itu bisa terjadi?

Pertama. Secara mental anak tidak siap bersekolah. Acuan mulai bersekolah (SD) sekarang ini ada pada usia biologis yaitu 7 tahun atau kurang. Menurutku, masih banyak anak yang secara usia psikologis tak sesuai usia biologisnya.

Anak-anak belum bisa mandiri secara sederhana semisal berpakaian atau memakai sepatu sendiri. Anak belum dibekali sikap saat berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan cara menghormati dan menghargai kekurangan, kelebihan atau perasaan orang lain. Atau malah tak tahu cara menghormati milik orang lain.

Yang penting, bila usia cukup dan orangtua mampu membiayai, anak bisa bersekolah. Bagaimana jika persiapan mental ini terabaikan? Perlahan, sekolah menjadi penjara suci bagi anak.

Kedua. Mental guru tidak siap. Tak bermaksud jahat. Parametrik guru sekarang memiliki ijazah keguruan, lulus berbagai test administrasi (CAT bagi PNS), serta memiliki kemampuan mengajar di depan kelas.

Jejangan, masih ada guru yang tak bisa membedakan antara mendidik dan mengajar. Yang penting sampaikan bahan ajar di kelas. Tugas selesai!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun