Biasanya akan muncul rasa ragu dan gugup saat memulai percakapan. Ada kekhawatiran dianggap sok akrab atau malah dinilai lebay bin alay. Ini beberapa cara yang bisa dilakukan.
Pertama. Mencari tahu "siapa" lawan bicara.
Ini hal penting. Agar gak salah kaprah. Tak harus profil detail seperti data membuat KTP. Minimal nama, mungkin profesi atau jenis pekerjaan, serta asal domisili.
Susahnya, era sekarang banyak fake dan kloningan. Setidaknya tahu jenis kelaminnya. Agar tak seperti percakapan berikut ini :
"Salam. Apa kabar, Mas?"
"Aku perempuan! Kenapa disapa Mas?"
"Eh, maaf, Mbak!"
[Percakapan langsung terhenti. Ungkapan maaf dibalas emoji bulat-bulat yang multi makna]
Kedua. Memilih waktu percakapan.
Usai mendapatkan profil lawan bicara. Butuh juga menyigi waktu-waktu sibuknya, jam istirahat serta menandai kapan biasanya yang bersangkutan aktif di WAG. Ini penting? Pasti. Agar tak ada benih-benih curiga dan merasa tak dianggap.
Atau, siap-siap saja percakapan itu diabaikan, jika mengirim pesan pada seseorang yang berprofesi guru. Karena mengirimnya pada jam sekolah, semisal interval jam 7 -- 9 pagi hari. Atau mendapat jawaban yang bikin perih. Misal :