Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membiarkan Anak Bermain Hujan, Kenapa Tidak?

28 Januari 2020   16:26 Diperbarui: 29 Januari 2020   07:47 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Hal logis, jika ada kecemasan dan kekhawatiran orangtua, jika anaknya sakit, usai bermain hujan, kan?

Namun, kukira curang dan tak adil juga mengekang anak, hingga tak menikmati kebahagiaan masa kecilnya yang hanya sebentar itu. Dari beberapa literasi. Ternyata ada juga manfaat membiarkan anak bermain hujan.  

  • Menambah ilmu pengetahuan bagi anak. Semisal tentang asal mula hujan, tentang kilat atau petir, dampak negatif dari hujan jika buang sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan banjir dan lain-lain.
  • Merangsang kreatifitas. Seperti ragam jenis permainan yang dijelaskan di atas.
  • Menciptakan bonding (ikatan intim) baik dengan teman sebaya, atau bahkan dengan orangtua. Jika orangtuanya juga ikutan menemani bermain hujan.
  • Mengasah indera peraba dan pendengaran anak. Anak bisa merasakan  dan membedakan aneka jenis tetesan hujan, atau suara air hujan juga aroma udara saat hujan.
  • Menstimulasi saraf motorik. Namanya bermain hujan, mesti bergerak, tah? Berlari, melompat atau  apapun bentuknya. Gerakan-gerakan itu bisa mematangkan saraf motorik anak.

Jadi? Kukira tak ada salahnya, sesekali membiarkan anak untuk menikmati masa kecilnya dengan bermain hujan, kan? Tentu saja, selain memperhatikan tentang kebersihan dan keamanan, juga tak keseringan.

Eh, lupa! Manfaat lain, usai bermain hujan. Anakku malamnya akan tidur nyenyak karena kelelahan. Dengan satu pesan terakhir, saat pulang ke rumah.

"Yah! Pas pulang nanti, Mampir beli bakso, ya?"

Aih. Bermain hujan, ternyata memacu rasa lapar dan nafsu jajan. Hiks...

Curup, 28.01.2020
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun