Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Simulasi Perayaan Tujuhbelasan Anak Negeri

10 Agustus 2019   11:18 Diperbarui: 10 Agustus 2019   12:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : https://nasional.republika.co.id

"Aku ini bukan apa-apa tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku Penyambung lidah rakyat." Cindy Adams, Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat

"Untuk Bapak-bapak, harus ada main domino!"

"Karaoke untuk emak-emak!"

"Tarik tambang semua usia!"

"Panjat pinang!"

"Untuk anak-anak, Balap karung, Lari kelereng, lomba makan kerupuk! Pasti seru lihat anak-anak jatuh!"

"Sepak bola dangdut pakai kain sarung atau daster. Biar banyak yang nonton!"

Begitulah kiramologi simulasi usulan dalam grup WA. Jika ketua pemuda atau Karang Taruna di desa atau di kelurahan, melontarkan pertanyaan, "Apa kegiatan kita menyambut tujuhbelasan?" iya, kan?

Jangan remehkan antusias anak muda untuk merayakan tujuhbelasan. Maka, keesokan harinya digelarlah rapat dengan mengundang Kades/Lurah serta semua RT. Tanpa kendala dan bantahan dari para tetua, semua usulan sebelumnya diterima.

sumber foto : https://belipaa.blogspot.com
sumber foto : https://belipaa.blogspot.com
Jamaah rapat, segera membentuk panitia yang seluruhnya anak muda. Dibagi tugas dan fungsinya. Seksi dekorasi yang membuat gapura, mengemas dan merias lingkungan dengan warna-warni dominan merah putih. 

Seksi perlengkapan sibuk menginventarisir semua kebutuhan saat tujuhbelasan, seksi konsumsi menjadi tanggung jawab remaja putri dan ibu-ibu.

Biasanya, rapat akan sedikit tersendat. Saat membicarakan tentang Kebutuhan dan rincian dana untuk perlengkapan, hadiah dan konsumsi. Iya, kan? Karena untuk bersama, dengan jargon "mangan gak mangan sing penting ngumpul," maka segera ditemukan solusi.  

sumber foto : http://www.radarbogor.id
sumber foto : http://www.radarbogor.id
Walau sedikit, Kas Desa atau kelurahan dikeluarkan sebagai pancingan. Kemudian semua warga diwajibkan untuk saweran. Dan, anak-anak muda setiap hari akan berdiri di pinggir jalan untuk menutupi kebutuhan dana. Hal biasa, toh setiap ada bencana, juga melakukan itu.

Maka sejak malam tanggal 16 Agustus. Diwarnai dengan organ tunggal atau aplikasi karaoke, semua warga berkumpul. Bapak-bapak main domino, ibu-ibu lomba karaoke. Biasanya, berlanjut sampai shubuh, dengan acara bebas yang penting tak ada yang membuat onar.

Pukul delapan pagi, dimulailah aneka lomba. Kembali semua warga terlibat. Aneka raut wajah tersaji. Akan ada keceriaan, tawa bahagia, kekecewaan sesaat karena kalah atau dikalahkan saat lomba. Namun semua energi positif berhimpun. Bahwa kegiatan ini untuk bersama dan kebersamaan.

sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
Sore atau malam hari. Dijadikan puncak kemeriahan acara tujuhbelasan. Akan tampil beberapa tokoh dan tetua Desa atau kelurahan memberi kata sambutan. Acara dilanjutkan dengan artis dadakan atau benaran artis lokal yang dibayar untuk menghibur. Acara ditutup dengan penyerahan hadiah bagi pemenang lomba.

Butuh satu atau dua hari, terkadang satu minggu. Untuk kembali merapikan lingkungan dari sisa perayaaan tujuhbelasan. Mengembalikan alat-alat yang dipinjam. Membujuk pemilik barang agar ikhlas, jika barang yang dipinjam rusak atau hilang. Bahkan terkadang dibiarkan saja. Hingga waktu mengembalikan seperti semula.

Tak perlu ada pembubaran panitia. Tak perlu ada evaluasi kegiatan dan juga tak perlu ada laporan kegiatan. Kebahagiaan bersama itu yang paling penting. 

Bukan rahasia lagi, masalah keberadaan uang akan jadi bibit perrpecahan, kan? Nah, Jika pun ada yang ribut tentang transparansi dan akuntabilitas dana. Maka dengan alasan kegiatan itu untuk bersenang-senang. Tak usah diributkan!

sumber foto : https://pasberita.com
sumber foto : https://pasberita.com
Saat anak-anak kembali masuk sekolah. Guru yang baik, akan bertanya pengalaman anak-anak. Apa yang dilakukan anak-anak saat libur tujuhbelasan?. Yang menang lomba, dengan seru akan menceritakan detil proses lomba yang dimenangi. Yang bukan pemenang, akan tersenyum dan manggut kepala memberikan persetujuan.

Dahi semua anak-anak akan segera berkerut, dan suasana kelas akan hening. Saat guru bertanya. "Apa makna dari perayaan tujuhbelasan itu untuk kemerdekaan?". Maka, telunjuk guru berperan besar untuk menemukan jawaban.

"Adakan lomba, Bu!"

"Bersenang-senang!"

"Minta sumbangan!"

"Menghias jalan!"

Karena pertanyaan dan jawabannya umum. Guru tak puas dengan jawaban yang diberikan. Maka, secara acak, guru memberikan pertanyaan susulan. Berdasarkan kegiatan yang diikuti anak.

"Apa pelajaran yang didapat dari lomba tarik tambang?"

"Siapa kuat, dia yang menang!"

"Lomba balap karung?"

"Harus cepat kalau mau jadi juara!"

"Panjat pinang?"

"Gak boleh ikut!"

"Kenapa?"

"Bilang ibuku. Badan bakal sakit-sakit diinjak orang! Lebih baik nonton saja!"

"Itu contoh pengorbanan, Nak! Bahkan para pahlawan dulu, mengorbankan nyawa untuk kemerdekaan!"

"Tapi, Ayah dan ibu ribut! Gegara baju baru ayah penuh oli dan gomok. Gak bisa dipakai lagi!"

"Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghormati jasa Pahlawannya" - Bung Karno

Curup, 10.08.2019

zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun